Bahas KUA-PPAS Komisi V DPRD Jabar Anggaran Kesehatan Masih Jadi Prioritas

BANDUNG BARAT – Kompetensi program kesehatan dalam situasi pandemi saat ini harus menjadi prioritas. Sebab permasalahan COVID-19 di Jawa Barat saat ini masih ditanggulangi.

Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat Achmad Ru’yat mengatakan, rasionalisasi program kesehatan jangan sampai terganggu karena akan menjadi permasalahan yang besar terhadap penanggulangan Covid -19 di Jawa Barat.

“Kami bersama Komisi V bersama-sama mendapatkan informasi terkait perubahan APBD dari mitra kerja Komisi V terutama untuk perihal penanganan penanggulangan Covid-19,” katanya di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Kamis, (16/9/21).

Komisi V yang saat ini sedang membahas RKUA- PPAS Perubahan Tahun Anggaran 2021 bersama mitra kerja Komisi V sekarang, menurut Ru’yat melalui rapat kerja bersama ini dapat membahas apa saja yang dapat menjadi acuan dasar.

“Ini nantinya untuk di bahas lebih dalam di Badan Musyawarah DPRD Provinsi Jawa Barat,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi V DPRD Provinsi Jawa Barat, Abdul Hadi Wijaya menambahkan, pihaknya melihat ada beberapa hal yang harus ada pembenahan sistem dalam sektor kesehatan, terutama terkait kurang keberpihakan peraturan Gubernur terhadap Rumah Sakit yang sudah BLUD.

“Semoga cepat ada realisasi berupa pergub yah bahwa sekarang ini masih kesulitan dengan Silpa, jadi rumah sakit itu setiap tahun menghasilkan uang rumah sakit yang sudah BLUD, tapi tidak bisa langsung dibelanjakan karena belum ada Pergub yang mengatur,’’kata Abdul Hadi.

Hadi mengatakan selama ini Rumah Sakit yang sudah BLUD harus menunggu sebagai mana siklus APBD yang normal sampai anggaran perubahan. Sehingga dengan perlakuan khusus uang yang sudah dihasilkan itu bisa untuk operasional.

Kemudian, permasalahan terkait Dokter Spesialis yang membutuhkan biaya sangat besar, kata Hadi, dibebankan kepada pihak rumah sakit yang bersangkutan dengan solusi dapat bekerjasama dengan perbankan untuk upah, biaya oprasional dan lainnya.

“Nah ini perlu ada terobosan agar bisa diselesaikan misalkan dengan melibatkan bank milik Jabar yaitu Bank BJB sehingga aspek tadi tidak membebani rumah sakit,” ucap Hadi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan