Dilematis Disdik Kota Cimahi Soal PTM

CIMAHI – Dinas Pendidikan Kota Cimahi terus mematangkan kebijakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah ditengah pandemi Covid-19. Tatap muka besar kemungkinan dimulai pekan kedua September.

Seperti diketahui, status Kota Cimahi kini masuk Level 3 dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Kasus Covid-19 kini turun drastis sehingga diberpolehkan untuk menggelar sekolah tatap muka terbatas.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi, Harjono mengatakan, untuk kesiapan teknisnya, pekan ini pihaknya akan melakukan rapat bersama para kepala sekolah di jenjang pendidikan TK/PAUD, SD hingga SMP.

“Karena sudah boleh PTM, rencananya Jumat akan rapat untuk mengatur secara teknis. Kan harus disiapkan skenario yang matang,” kata Harjono saat dihubungi, Rabu (25/8).

Dikatakan Harjono, sebetulnya pihaknya sudah mempersiapkan PTM sejak beberapa bulan lalu. Dari mulai persiapan sarana dan prasarana teknis sesuai protokol kesehatan hingga menggelar simulasi yang melibatkan siswa langsung.

Namun harus ditunda lantaran ketika itu kasus Covid-19 membludak. Penundaan itu bisa saja membuat sarana dan prasarana sudah rusak dan sebagainya. “Kita harus cek kembali sekolah, disemport lagi. Tanda yang dibuat mungkin harus diperbaiki karena sudah lama,” ujar Harjono.

Dirinya mengatakan, dengan berbagai persiapan yang sudah dilakukan, paling cepat sekolah tatap muka di Kota Cimahi digelar pekan kedua September yang disebut dengan masa transisi dari pembelajaran daring ke tatap muka.

Untuk masa transisi ini, jam pembelajarannya dan kapasitasnya pun akan dibatasi. Siswa tidak akan belajar di sekolah selama seminggu penuh, melainkan secara bergiliran. Harjono mencontohkan, hari Senin hanya kelas VII SMP yang masuk.

“Besoknya off. Giliran kelas VIII. Jadi paling dalam seminggu itu satu jelas cuma sehari sekolahnya.Yang masuk 30 persen. Nanti kita evaluasi. Bisa saja bulan kedua ditambah. Kita melihat kondisi pada masa transisi bulan pertama,” jelasnya.

Untuk vaksinasi Covid-19 yang disyaratkan, lanjut Harjono, untuk siswa yang berusia 12-17 tahun ditargetkan 70 persen ini sudah rampung. Namun permasalahannya adalah siswa SD berusia 12 tahun ke bawah yang memang belum diperbolehkan untuk divaksin.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan