Dampak Pandemi Covid-19, Antropolog: “Pait Heula Kakara Amis”

SUMEDANG – Dampak dari pandemi Covid-19 membuat perekonomian di Kabupaten Sumedang terganggu. Bagaimana tidak, penanganan yang memakan banyak anggaran baik untuk kesehatan hingga ketahanan pangan masyarakat membuat setiap negara termasuk Indonesia berdampak serius.

Pembatasan aktivitas perusahaan selama masa pandemi Covid-19 pun menjadi tidak stabil karena dikhawatirkan dapat mempercepat penyebaram virus Corona.

Melihat hal tersebut, Jabar Ekspres menghubungi salah seorang Antropolog Ekonomi dari Universitas Padjajaran (Undap), Prof. Dr. Opan S Suwartapradja untuk menanggapi perekonomian di Kabupaten Sumedang jika Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diperpanjang.

“Kalau sampai dilanjutkan, PPKM Darurat ini banyak juga masyarakat yang menentang,” kata Opan melalui panggilan telepon, Jumat (23/7).

Opan mengucapkan, dalam kondisi pandemi Covid-19, masalah kesehatan sangat berbenturan dengan perekonomian.

“Ekonomi atau kesehatan? Kesehatan otomatis, pak Presiden juga selalu kesehatan. Jiwa yang sehat, ekonomi kuat,” ujar Opan.

Ia menerangkan, karena kesehatan perlu diprioritaskan, maka segala sesuatunya harus disiapkan masak-masak.

“Kalau saya kesehatan dulu tapi lockdown harus siap. Jangan sampai lockdown tidak siap, artinya makanan dan obat-obatan tidak siap,” ucapnya.

Opan menjelaskan, ketika memang PPKM perlu diperpanjang demi memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19, maka perekonomian akan sangat berdampak, tidak hanya di Kabupaten Sumedang namun juga di Tanah Air.

“Itu ada dampaknya, kalau kata orang Sunda ‘pait heula kakara amis’ (pahit dulu baru manis). Jadi ini prihatin dulu, memang kondisi seperti ini,” pungkasnya.

Opan melanjutkan, jika tidak mau merasakan pahit dulu dalam pertumbuhan ekonomi di masa pandemi Covid-19, maka akan sulit menemui titik terang.

“Kalau berlarut-larut biaya dobel, membengkam dua kali lipat karena tidak berhenti-berhenti.” imbuh Opan.

“Jadi saya setuju ini terus dilanjutkan PPKM Darurat dengan seketat-ketatnya, tapi perhatikan masyarakatnya,” tambah Opan.

Sementara itu, Opan berpesan, dalam mempertahankan ekonomi perlu memperhatikan modal atau anggaran yang digunakan.

Menurutnya, jika mengandalkan dana pinjaman untuk mengatasi persoalan dalam ekonomi, maka akan sulit untuk berkembang.

“Antara modal pribadi dengan modal pinjaman. Kalau modal pribadi sekecil apapun insyaAllah bisa berkembang, kalau pinjam ke bank masih mending jika tidak rugi, tapi kalau rugi harus bayar cicilan segala macam,” tutur Opan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan