Pada peristiwa yang lain, beliau pernah ditanya pula, “Apakah hak kedua ibu-bapak yang wajib atas anaknya?” Jawab beliau, “Keduanya adalah penyebab engkau masuk surga atau neraka”. (Ibnu Majah).
Dalam sabdanya yang lain berbunyi, “Barangsiapa yang suka umurnya dipanjangkan Tuhan, rizkinya ditambah, maka hendaklah ia berbakti kepada kedua ibu-bapaknya dan menghubungkan silaturahmi kepada keluarga.”
Sabda beliau lagi, “Tiga perkara diharamkan Allah Swt. mencium bau surga yaitu: Peminum arak, pendurhaka kepada kedua ibu-bapak, dan lelaki nista yang menyetujui perbuatan keji istrinya.”
Sebuah riwayat mengatakan, bahwa berbakti kepada ibu bapak adalah lebih utama dari amalan haji, umrah dan berjihad fi sabilil-Lah. Dan bahwa Allah Swt. tidak ingin melihat seorang pendurhaka kepada kedua ibu bapaknya di hari kiamat kelak, sedang ia tidak akan mencium bau surga.
Bahwa kedua ibu-bapak mempunyai hak paling besar sesudah hak Allah dan Rasul-Nya. Termasuk berbakti kepada baik kepada ibu tiri atau bapak tiri, karena mereka sudah di ikat dengan tali pernikahan. Mereka sudah menjadi keluarga, terutama dalam kemuamalatannya.
Oleh karena itu, hendaklah kita berbakti dan berbuat baik kepada keduanya, mentaati mereka dan merendahkan diri kepada keduanya, mengutamakan keduanya dalam segala kebajikan, hubungan dan kebaikan melebihi diri kita sebagai anak dan anak istri kita sendiri dengan sepenuh budi dan tanpa rasa berat hati.
Bahkan hendaknya menganggap segala hajat dan keperluan keduanya serta segala kesukaan mereka sebagai kebaktian dan khidmat wajib yang harus kita berikan kepada keduanya. Sebab kesemuanya itu adalah sebesar-besar nikmat Allah Swt. dan taufik-Nya yang pernah dikaruniakan kepada kita.
Perlu diketahui, bahwa berbakti kepada ibu adalah lebih berlipat pahalanya dari kebaktian terhadap ayah. Begitulah maksud dari sebuah riwayat hadits. Mungkin, hal ini disebabkan karena sang ibu telah mengalami kesusahan dan kepayahan mengandung yang diikuti dengan sakitnya melahirkan anak, menyusui dan mengasuhnya hingga menjadi besar, dan seterusnya senantiasa memberikan sepenuh perhatian, kemesraan, belas kasih dan kasih sayang.
Rasulullah Saw. telah bersabda, “Surga berada di bawah telapak kaki para ibu.” (HR. Ahmad). Dalam hadis lain disebutkan, salah seorang sahabat Nabi Saw. pernah bertanya kepada Beliau, “Wahai Rasulullah, “Siapakah orang yang lebih berhak mendapat kebaktian dan kasih sayangku?” Jawab Nabi Saw, “Ibumu”. Katanya lagi, “Kemudian siapa lagi?” Jawab Nabi Saw., “Ibumu”. Ia bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?” Jawab Nabi Saw., “Ibumu?”. Bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Jawab Nabi Saw., “Ayahmu”. Wallahu A’lam bish-Shawabi.