JAKARTA – Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dr Isman Firdaus, Sp.JP(K) mengemukakan dampak meningkatnya Covid-19. Sampai saat ini, keterisian tempat tidur pelayanan pasien di rumah sakit Pulau Jawa dan Provinsi DKI Jakarta sudah di atas 90 persen akibat lonjakan COVID-19.
“Kita sudah kewalahan. Biasanya Bed Occupancy Rate (BOR) mencapai 50-60 persen. Di Jawa dan Jakarta sudah di atas 90 persen dan dokter juga tumbang karena banyak yang terinfeksi COVID-19,” katanya saat dikonfirmasi di Jakarta, Senin, (28/6).
Selain itu, dampak meningkatnya Covid-19 juga akan mempengaruhi pelayanan rumah sakit.
Baca Juga:Organisasi Forum Bandung Sehat Targetkan 1.000 Sasaran VaksinasiLaporan Wajib Pajak Badan yang Alami Kerugian Meningkat, Upaya Penghindaran Pajak?
Ia mengatakan pasien terkonfirmasi positif COVID-19 yang saat ini terus berdatangan ke ruang pelayanan darurat rumah sakit membuat penanganan medis terhadap pasien dengan penyakit berat lainnya menjadi tidak tertangani secara maksimal.
Salah satunya adalah pasien penyakit jantung yang diyakini sebagai ‘pembunuh’ nomor satu di dunia.
“Saat ini pasien jantung di Indonesia belum terselesaikan dengan baik karena dominasi pasien COVID-19,” kata Isman Firdaus.
Hal senada dikemukakan anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), dr Dewi Astrid Lestari, Sp.PD.
“Yang terjadi saat ini rumah sakit umum besar diubah fungsinya 100 persen hanya layani kasus COVID-19,” katanya.
Akibatnya, pasien dengan gagal ginjal, diabetes, hipertensi, gangguan jantung, paru, autoimun, kanker dan sebagainya kurang kesempatan untuk mendapat pelayanan optimal, padahal mereka juga masuk dalam kelompok rentan.
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Agus Dwi Susanto, Sp.P (K)Â mengatakan situasi zona merah COVID-19 di Pulau Jawa dan Provinsi DKI Jakarta telah mengakibatkan antrean pasien di berbagai rumah sakit swasta maupun milik pemerintah.
Baca Juga:Windows 11 Akan Segera Rilis, Begini RumornyaBea Cukai Pantau Harga Rokok di Pasaran
“Saat ini ada beban pelayanan tinggi akibat COVID-19. Data di berbagai negara belum ada satu pun penanganan pandemi bertumpu pada fasilitas pelayanan kesehatan. Harus ada keseimbangan penanganan melalui upaya menurunkan angka kasus di populasi,” katanya.
Guru Besar Paru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan diperlukan penambahan kapasitas rumah sakit, dengan sejumlah pertimbangan.
