Pertanyakan Layanan RS Edelweis Tidak Menerapkan Prokes, Diduga Ada Rekayasa Status Pasien Covid-19

BANDUNG – Pembatasan untuk melakukan penjengukan terhadap pasien Covid-19 seharusnya diterapkan oleh setiap Rumah Sakit (RS). Namun, di RS Edelweis Kota Bandung, mekanisme penjengukan terhadap pasien dibiarkan bebas begitu saja.

Hal ini terungkap ketika keluarga pasien yang enggan disebutkan namanya bercerita kepada Jabareskpres.com.

Menurutnya, peristiwa terjadi ketika ibunya di rawat RS Edelweis dengan gejala Covid-19 di ruang observasi IGD. Di dalam ruangan itu ada beberapa pasien yang ditangani.  Namun, anehnya, dia bersama keluarga lainnya diperbolehkan menjenguk tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).

Selama tiga hari sejak hari Jumat (18/6) di RS Edelweis seolah tidak ada larangan untuk menjenguk pasien Covid-19.

Bahkan, mengurus pasien para tenaga kesehatan tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap. Padahal ketika dilakukan pemeriksaan Ibunya terkonfirmasi Covid-19.

‘’Mereka (dokter dan perawat) hanya menggunakan APD level 2, seperti masker, jas, dan sarung tangan seadanya begitupun perawatan pasien lainnya,’’ucapnya.

Setelah mendapatkan perawatan selama tiga hari, akhirnya kondisi ibunya semakin drop. Dan dinyatakan meninggal karena terinfeksi virus Covid-19.

‘’Melihat kejadian itu, pihak rumah sakit seperti barus sadar untuk protokol kesehatan (Prokes),’’ucanya.

Untuk mengurus jenazah, pihak rumah sakit menyemprotkan disinfektan kepada dan membungkus menggunakan kain kafan dan dimasukan ke dalam kantung plastik jenazah dan peti mati.

Atas kejadian itu, pihaknya sangat menyesalkan tindakan rumah sakit yang dinilai telah mengabaikan prokes. Seharusnya untuk merawat pasien Covid-19, penerapan prokes harus ketat.

‘’Kenapa bukan dari awal menerapkan protokol kesehatan, nah ini sudah meninggal mereka baru sibuk dengan protokol kesehatannya,’’kata dia.

Pihak RS Edelweis seolah-olah mengabaikan prokes kepada keluarga pasien, dengan membiarkan orang lain bebas keluar masuk untuk menjenguk keluarganya yang sedang sakit. Bahkan untuk menunggu pasien diperbolehkan lebih dari dua orang.

“Hal ini sangat tidak logis bagi saya, lebih berbahaya mana yang Covid-19 saat masih hidup atau yang Covid-19 sudah meninggal,” ujarnya.

Atas pertistiwa itu, membuat dirinya bertanya, apakah benar ibunya positif Covid-19 atau tidak? Sebab, jika dinyatakan positif kenapa pihak RS tidak ada larangan untuk menunggu pasien.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan