Bisakah Indonesia Lepas dari Jebakan “Middle Income Trap”? Begini Penjelasan Ahli

JAKARTA – Indonesia saat ini merupakan negara dengan klasifikasi upper middle income (pendapatan menengah atas) setelah Gross National Income (GNI) per kapita Indonesia sukses menembus angka di atas 4.000 Dolar AS pada tahun 2020. Namun, jika stagnan di tahap ini, Indonesia terancam kena “middle income trap” atau jebakan kelas menengah.

Saat ini Indonesia berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan angka pendapatan per kapita. Agar bisa keluar dari middle income trap, dan selanjutnya menjadi negara maju.

Middle income trap atau jebakan kelas menengah adalah situasi gagalnya suatu negara untuk naik kelas dari pendapatan menengah ke pendapatan tinggi (high income). Kondisi ini disebut terjebak, karena setelah mencapai pendapatan menengah, negara tersebut kesulitan atau bahkan tak mampu naik tingkat ke pendapatan tinggi.

Hal ini terjadi karena mereka tak mampu lagi bersaing dengan negara berpenghasilan lebih rendah yang bergantung pada sumber daya alam dan murahnya tenaga kerja. Di sisi lain, mereka juga belum mampu bersaing dengan negara maju yang mengandalkan kualitas manusia dan teknologi.

Namun, kebangkitan ekonomi Indonesia bukannya tak mungkin. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Suharso Monoarfa, dalam pembekalan kepada peserta Program Pemantapan Pimpinan Daerah Angkatan (P3DA) 11 menegaskan, jika tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam waktu 14 tahun ke depan dapat terjaga dengan rata-rata 6%, maka Indonesia akan keluar dari middle income trap pada tahun 2036 dan kemudian menjadi negara high economy.

Oleh karena itu, untuk menaikkan status menjadi negara maju tersebut, perlu upaya keras dari berbagai pihak.

Tantangan Indonesia Keluar dari Middle Income Trap

Anggota VI Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Harry Azhar Azis menyebut, setidaknya terdapat beberapa tantangan Indonesia untuk keluar dari jebakan kelas menengah.

Mulai dari penyediaan infrastruktur, sumber daya manusia (SDM), supremasi hukum, hingga masih banyaknya perilaku tindakan korupsi.

“Ada empat masalah di situ yang selalu menjadi perhatian,” ujarnya dalam acara diskusi virtual, Kamis (17/6).

Harry memaparkan, permasalahan Indonesia di antaranya, infrastruktur yang masih kurang memadai dan produktivitas SDM yang masih rendah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan