BANDUNG – Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Rosye Arosdiani mengatakan, kesadaran masyarakat mengenai penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus) telah meningkat.
Kendati demikian, pihaknya, Dinkes Kota Bandung masih tak memegang data pastinya mengenai jumlah orang yang terkena HIV/Aids di Kota Bandung saat ini.
“Yang punya data hanya rumah sakit dan faskes (fasilitas kesehatan), kami tidak tahu sama sekali,” ujarnya saat diwawancarai seusai hadiri rapat soal penanggulangan dan pencegahan HIV/Aids di Hotel Papandayan, Jl. Gatot Subroto No. 83 Bandung, Kamis (3/6).
Memahami bagaimana cara penularan HIV, lanjutnya, merupakan inti dari pencegahan penyebaran penyakitnya beserta komplikasi HIV yang merugikan.
Terlebih, katanya, masih banyak mitos tentang penyebaran HIV dan AIDS yang beredar penuh kesalahkaprahan serta harus diluruskan.
Menurutnya, penularan HIV hanya bisa terjadi melalui interaksi dari cairan kelamin manusia, air susu ibu (ASI) dan darah.
“Jadi penularannya, hubungannya harus ada di tiga ini. Jadi contoh dari darah para pengguna jarum suntik yang jarumnya berganti-ganti, jadi jarumnya satu dipake (bergiliran, red) ke satu, dua, tiga (orang). Nah, itu potensi penularan penggunaan napza suntik IDU (Injecting, Drug, User),” jelasnya.
“Kemudian bisa jadi kalau tenaga medis dia tidak menggunakan SOP dengan benar saat menolong (pasien) dan ternyata yang ditolongnya adalah penderita HIV/Aids, kan darahnya bisa masuk. Tertusuk lah artinya tidak sesuai dengan SOP kan juga ada resiko-resko seperti itu, itu yang dari darah,” sambung Rosye.
Rosye menuturkan penularan melalui cairan kelamin bisa terjadi karena pada saat berhubugan suka berganti-ganti pasangan, menurutnya, itu sangat rentan sekali tertular HIV/Aids.
“Ya bisa dari laki-laki dan laki-laki atau dari laki-laki dan perempuan jadi mau homosex atau heterosex karena adanya cairan di kelamin berarti disitulah bisa terjadi penularan,” tuturnya.
Kemudian yang terakhir adalah melalui air susu ibu (ASI). Misalnya posisi dan perlekatan menyusui. Jika posisi perlekatan salah pasti puting lecet, luka, dan berdarah. Darahnya itu bisa menularkan ke bayi.