Penulis: Dr. H. Asep Hilman, MPd
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185).
“Sebaik-baik diantara kalian ialah orang yang panjang umurnya dan baik pula amalannya“. (HR At-Tarmidzi).
Kutipan ayat Al Qur’an dan Hadist di atas mengingatkan kita semua tentang fase lanjut usia dan kematian. Kematian pasti akan dialami oleh setiap makhluk hidup, sedangkan fase lanjut usia (Lansia) adalah bagian dari periodesasi perjalanan tumbuh kembangnya manusia sebelum meninggal.
Seperti bunyi Hadist di atas, tentu kita ingin dikaruniai umur yang panjang dan amalan yang baik walaupun sudah masuk dalam kategori Lansia dengan segala kekurangan dan mungkin sedikit kelebihannya.
Selama ini Lansia identik dengan aspek defisitnya baik secara fisik, psikhis maupun sosial seperti yang dikatakan Effendi (2009) bahwa Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis.
Dalam kondisi demikian pada umumnya para Lansia mengalami penurunan daya kemampuan untuk bertahan hidup serta meningkatkan kepekaannya secara individual.
Walaupun demikian kita harus tetap memuliakannya dan penghormatan terhadap mereka tidak boleh berkurang, karena Lansia yang ditandai dengan gejala penuaan merupakan tanda dan simbol pengalaman dan Ilmu yang memposisikannya memiliki kedudukan tinggi di masyarakat sebagai pemilik “Harta” dari Ilmu, pengalaman dan informasi serta ide gagasan/pemikiran. Mereka wajib dihormati, dicintai, dirawat dan diperhatikan serta dimanfaatkan ide, gagasan dan pengalamannya itu.
Kondisi Lansia
Sebagai bagian dari populasi penduduk dunia, keadaan Lansia secara umum dapat dibedakan secara kuantitatif dan secara kualitatif. Sebagai periode penutup dalam rentang hidup seseorang masa ini dimulai dari umur 60 tahun sampai meninggal dunia.
Mengutip laporan World Health Organization (WHO, 2020) kondisi terbaru statistik populasi Lansia untuk kawasan Asia Tenggara sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia sekitar 80.000.000.
Dilihat dari aspek mutu SDM, jumlah yang sangat besar ini memasuki abad ke 21 menjadi tantangan serius khususnya di bidang kesehatan, kesejahteraan sosial dan pendidikan. Eka Viora (2020) melihat tantangan di bidang kesehatan adalah semakin meningkatnya jumlah Lansia dengan masalah degeneratif dan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes, hipertensi, dan gangguan-gangguan kesehatan jiwa yaitu depresi, demensia, gangguan cemas dan sulit tidur.