Supaya Jalan Terus, Perajin Tempe di Cimahi Putar Otak Siasati Naiknya Harga Kedelai

CIMAHI – Para pengrajin tempe di Kota Cimahi masih mempertahankan harga jual tempe. Meski, harga bahan baku utamanya yakni kedelai mengalami kenaikan.

Harga kedelai kini sudah sudah mencapai Rp 11 ribu per kilogram. Sementara harga jual kepada konsumennya masih bertahan antara Rp 5-10 ribu per pcs. Tergantung ukuran tempenya.

Kusnanto (53), pengrajin tempe di Kelurahan Cimahi, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi mengatakan, untuk menyiasati tak naiknya harga jual dibalik naiknya harga kedelai, ia terpaksa memangkas bahan bakunya.

“Biasanya 1 (pcs) tempe itu kedelainya sekitar 5 ons, kita kurangi jadi 4,25 ons supaya jalan terus produksinya,” kata Kusnanto, Rabu (26/5).

Menurutnya, memangkas ukuran produk tempe itu merupakan opsi terbaik dibandingkan harus menaikan harga jual kepada konsumennya. Ia tak ingin masyarakat khususnya penikmat tempet yang menjerit.

“Saya biasanya ngirim ke pasar-pasar di Cimahi, Margaasih, Bandung,” ucapnya.

Kusnanto mengungkapkan, awalnya harga kedelai berkisar antara Rp 6-7 ribu per kilogram. Namun sejak tiga bulan terakhir harganya terus merangkak naik dan semakin tidak terkendali.

“Puasa kemarin itu udah Rp 10 ribu, sekarang malah naik lagi sampai Rp 11 ribu per kilogramnya. Ini udah gak normal,” sebutnya.

Menurutnya, tidak terkendalinya harga kedelai hingga harganya meroket ini dikarenakan adanya permainan. Ia meminta pemerintah segera turun tangan untuk mengatasi permasalahan ini.

“Ini ada permainan harga sepertinya. Pemerintah harusnya sudah turun tangan,” ucapnya.

Selain mengurangi takaran kedelai untuk membuat tempe, Kusnanto juga mengurangi pembelian kedelai.

Dulunya dalam sehari ia bisa menghabiskan sekitar 4-5 kwintal.

“Sekarang paling 2 kwintal. Dalam sehari rata-rata produksi 1.000 (pcs). Harga jualnya ada yang Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu,” terangnya.

Perihal ajakan mogok produksi yang ramai media sosial, Kusnanto mengaku sudah mengetahuinya. Ajakan mogok produksi itu rencananya akan dilakukan 28-30 Mei mendatang.

Namun, Kusnanto belum bisa memastikan apakah akan mogok produksi atau tidak. Sebab jika mogok, akan ada potensi jutaan rupiah yang akan hilang.

“Tapi lihat kondisi nanti. Masih bingung juga soalnya kan ajakannya gak resmi dari mana,” tukasnya. (fey)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan