Menyambut fenomena langka tersebut, Lapan akan mengadakan pengamatan serentak gerhana bulan total dari sembilan lokasi Lapan di seluruh Indonesia.
Pengamatan itu juga dapat disaksikan melalui kanal YouTube LAPAN RI dan juga kanal YouTube masing-masing balai dan stasiun LAPAN untuk pengamatan di daerah.
“Gerhana bulan kali ini cukup unik karena beriringan dengan terjadinya perige, yakni ketika Bulan berada di jarak terdekat dengan Bumi,” kata peneliti Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) Lapan Andi Pangerang dalam keterangannya Jakarta, Selasa, (25/5).
Ia menuturkan gerhana bulan disebut juga bulan merah super karena lebar sudutnya yang lebih besar 13,77 persen dibandingkan dengan ketika berada di titik terjauhnya (apoge) dan kecerlangannya 15,6 persen lebih terang dibandingkan dengan rata-rata atau 29,1 persen lebih terang dibandingkan dengan ketika apoge.
Durasi fase total gerhana cukup singkat, yakni 14 menit 30 detik. Puncak gerhana terjadi pada pukul 18.18.43 WIB atau 19.43.18 Wita atau 20.43.18 WIT dengan jarak 357.464 kilometer dari Bumi. Puncak perige terjadi pada pukul 08.57.46 WIB atau 09.57.46 Wita atau 10.57.46 WIT dengan jarak 357.316 kilometer dari Bumi.
Gerhana Bulan Bertepatan dengan Detik-Detik Waisak
Gerhana bulan total juga bertepatan dengan detik-detik Waisak, yakni pada 15 suklapaksa (paroretang) Waisaka 2565 Era Buddha yang jatuh pada 26 Mei 2021, pukul 18.13.30 WIB atau 19.13.30 Wita atau 20.13.30 WIT dengan jarak 357.461 kilometer dari Bumi.
Pada dasarnya, detik-detik Waisak terjadi ketika Purnama Waisak atau disebut juga Waisaka Purnima yang selalu jatuh pada 15 suklapaksa di Bulan Waisaka.
Pada saat bulan purnama, Matahari dan Bulan akan berada dalam satu garis lurus sedemikian rupa sehingga cahaya Matahari dapat menerangi permukaan Bulan secara maksimal, maka Bulan tampak bulat sempurna dipandang dari Bumi.
Andi menuturkan kedudukan membentuk garis lurus seperti itu dikenal dengan istilah oposisi (solar) atau istiqbal. Matahari dan Bulan membentuk sudut 180 derajat satu sama lain dalam peredarannya. Saat kedua benda langit tersebut tepat membentuk sudut 180 derajat di Hari Waisak dikenal sebagai “Detik-detik Waisak”.