Lumpuh Selama 21 Tahun, Seorang Gadis di Sumedang Hidup Berdua Diasuh Sang Nenek

Anah menyebutkan, ia yang hidup berdua bersama sang cucu mengaku tidak terdaftar dalam program pemerintah yaitu Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) penerima bantuan iuran (PBI)

“Saya sama Mia gak terdaftar. Malahan waktu saya waktu itu pernah jatuh juga, saya bayar, waktu itu bayar 75 ribu buat berobat di Puskesmas,” pungkasnya.

Namun meskipun demikian, walaupun tidak terdaftar JKN-KIS, Anah tercatat sebagai keluarga penerima manfaat (KPM) bantuan sosial Covid-19.

“Kalau bantuan Corona (bansos Covid-19) nerima. Cuma bantuan sosial dari desa enggak pernah ada,” imbuhnya.

Dengan raut wajah yang lusuh, pantulan cahaya yang masuk melalui jendela, Anah kemudia menuturkan, bahwa ia sempat menerima bantuan dari Kepala Dusun setempat.

“Kepala Dusun ngirim beras, banyak, ada 20 kilo, selimut 4, terus sama mie (instan) 3 dus,” ujarnya.

Dengan suara sedikit parau menahan tangis, Anah melanjutkan penuturannya kepada Jabar Ekspres. Anah mengaku, bahwa dirinya sudah pasrah oleh kondisk dan cukup kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Saya mah udah pasrah aja sama kondisi (kesehatan) Mia. Soal kesehatan saya bisa sabar menunggui Mia, tapi kalau buat kebutuhan sehari-hari, itu kan gak bisa dinanti-nanti. Saya hanya ingin dibantu untuk kebutuhan sehari-hari aja sama pemerintah,” katanya.

Sementara itu, saat senja parlahan ditelan malam, Jabar Ekspres dipertemukan dengan Kepala Dusun I Sindanggalih, Aa Rahmat Hidayat di Kecamatan Cimanggung, untuk mengkonfirmasi terkait warganya yang membutuhkan bantuan.

Saat dikonfirmasi, Rahmat membenarkan, bahwa Mia telah menderita kelumpuhan sejak berusia dua bulan.

“Ya, yang saya tahu, Mia menderita lumpuh sejak bayi,” kata Rahmat saat dikonfirmasi.

Sambil mengingat kondisi warganya yang membutuhkan bantuan itu, Rahmat menuturkan, bahwa Mia terdaftar di Kartu Keluarga (KK) Ibunya, Ipah.

Diketahui, bahwa Ipah ternyata terdaftar sebagai penerima bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH). Meskipun begitu, ucap Rahmat, sejak bayi, Mia telah tinggal lama bersama neneknya yang rumahnya berhadapan dengan rumah Ipah.

“Pemerintah Desa Sindanggalih sering perhatiin kondisi Mia. Mia sama neneknya suka menerima bantuan sosial yang disalurkan oleh pemerintah desa setempat,” pungkas Rahmat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan