BANDUNG – Terjadinya banjir bandang di puncak Bogor (19/1) masih dalam proses evaluasi terjadinya banjir tersebut. Namun, terjadinya banjir tersebut menimbulkan dugan-dugaan terkait biangkerok banjir tersebut.
Diketahui, banjir bandang tersebut terjadi di lahan milik Badan Usaha Milik Daerah (BUMN) PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII.
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat (Jabar) Achmad Ru’yat mempertanyakan banjir bandang yang terjadi di Bogor itu. Sebab, aliran hulu puncak bisa terjadi banjir.
“Ini musibah yang sangat memprihatinkan, kami dari DPRD Jawa Barat berharap kepada pihak berwenang untuk melakukan investigasi kenapa di aliran hulu puncak itu terjadi banjir bandang,” ucap Achmad melalui pesan singkat di Bandung, Rabu (20/1).
Menurutnya, para pengungsi yang sudah ditempatkan di guest house PTPN VIII agar bisa dilayani dengan sebaik-baiknya dan evaluasi kepada direksi PTPN VIII tentang management lahan seluas 1000 hektar tersebut agar diperbanyak tanaman-tanaman keras.
Dirinya menilai, investigasi tersebut sifatnya sangat penting walaupun dirinya telah melihat bahwa penjelasan Dirut PTPN VIII penyebab banjir bandang dikarenanakan hujan yang terus menerus.
“Tetapi disatu sisi perlu ada evaluasi agar peristiwa ini tidak terulang kembali,” pungkas Ru’yat.
Ia mengaku tadi siang turun langsung meninjau lokasi bencana banjir bandang Gunung Mas. Dalam tinjauannya tersebut Ru’yat memastikan bahwa bantuan dari Jawa Barat telah tiba di lokasi bencana.
Sementara itu, Wakil Bupati Bogor Iwan Setiawan mengungkapkan musabab terjadinya banjir bandang karena intensitas air (hujan) yang cukup tinggi, dan ada balok yang menahan air, jadinya air bah (banjir bandang).
Menurutnya, air yang bermuara dari Sungai Ciliwung itu sempat membendung di sebuah air terjun karena terhalang puing. Kemudian puing penahan air tersebut jebol lantaran tak kuat membendung.
Politisi Partai Gerindra itu juga memastikan bahwa peristiwa tersebut bukan disebabkan adanya penebangan pohon di kawasan yang berkategori hutan lindung.
“Di sini hutan lindung, di sini tidak ada bangunan di atasnya tidak ada penebangan, yang ada adalah air terjun. Kalau lihat dari wilayah di sini, sangat steril dari penebangan liar atau bangunan, tidak ada,” kata Iwan dikutip Antara.