Di Cikapundung Tidak Bisa “Kukuyaan”, Serlok Bantaran Sekarang Konservasi Sungai Dulu

BANDUNG – Sungai Cikapundung merupakan salah satu sungai yang melintasi Kota Bandung. Sungai ini kini kurang terjaga kebersihannya dan debit airnya pun menipis. Pemerintah, instansi, komunitas, dan berbagai pihak yang peduli terhadap sungai pun melakukan berbagai upaya agar sungai tersebut menjadi lebih bersih.

Dalam rangka konservasi Sungai Cikapundung tersebut, Komunitas Serlok Bantaran Indonesia berkolaborasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandung bersama pihak lainnya. Komunitas ini membuat konservasi bambu, mata air, dan ikan native di Bantaran Sungai Cikapundung.

Founder Serlok Bantaran Indonesia, Nusep Supriadi mengatakan, komunitasnya baru berdiri dua tahun. Sebelumnya, ia tergabung dalam komunitas Gejebur Tubing Adventure yang sering “kukuyaan”. Namun, karena saat ini debit air sungai Cikapundung semakin menurun, kukuyaan tak bisa lagi dilakukan. Akhirnya, komunitasnya pun beralih konsep menjadi pegiat konservasi sungai.

“Konservasi yang diangkat di sini itu konservasi bambu, ikan native, dan konservasi mata air. Tiga hal itu diangkat karena saling berkaitan untuk sungai ini,” Kata Nusep, Selasa (12/1).

Menurut Nusep, tiga hal itu menjadi fokus utama komunitasnya karena mata air yang ada harus dimanfaatkan masyarakat. Bambu bisa menjadi penghasil, pencadang, dan pendistribusi air, sementara konservasi ikan dilakukan untuk mengembalikan ikan yang dulu dikenal agar bisa tetap hidup di Sungai Cikapundung.

Metode tersebut merupakan budaya lokal yang sudah dikenal dari zaman dulu. Oleh karena itu, ia ingin mengembalikan Sungai Cikapundung kembali seperti dulu yang banyak diceritakan para orang tua.

“Mudah-mudahan ini berhasil, bukan saya yang menikmatinya tetapi anak cucu kita. Tapi program ini butuh waktu lama dan berkelanjutan di generasi-generasi. Kita berkolaborasi dengan pemerintah, swasta, komunitas, dan masyarakat,” Ucapnya. (Mg. 12, Ira)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan