BANDUNG – Pengamat Politik dan Keamanan, Universitas Padjadjaran (Unpad) Profesor Muradi, mengatakan jika enam orang yang ditembak mati Polisi diduga pelaku teroris yang masuk ke dalam organisasi Front Pembela Islam (FPI).
“Saya melihat ini kelompok teror radikal, mereka ini mendorong harus untuk figur mereka. Terkait nama laskar khusus, itu penamaan saja, background ini bagian dari kelompok lama baik JAD , JAT atau Bahrun Naim,” kata Prof Muradi kepada wartawan di Bandung (12/8),
“Itu pembentukan nama nya saja, pelaku teror akan mencari sosok yang bisa menaikkan pamornya dan normal dalam situasi saat ini,” imbuhnya.
Ditegaskannya, dengan ditembaknya enam orang ini, Polri ingin memisahkan mana HRS dan mana kelompok penumpang gelap itu. Bahkan, saat ini enam dari 10 orang ini sudah dilakukan profiling oleh Polri.
“Jadi Polri sudah memilah, karena ada penumpang gelap dalam kaitan HRS. Dengan berani melawan petugas, saya kira secara normatif punya potensi terpapar radikal. Tidak mungkin orang normal melawan petugas,” paparnya.
Dijelaskan Muradi, bahwa kelompok teror mulai masuk ke HRS, seperti halnya menolak diperiksa saat di Petamburan, itu bentuk perlawanan.
“Mereka akan menunggangi harus,seperti menolak dan melawan, apakah mereka berani lebih lanjut dari itu, kejadian di tol itu kalau normal mereka mantau saja, namun melawan petugas, berarti ada perlawanan,” jelasnya.
Kondisi saat ini, HRS punya ruang untuk mereka (kelompok teror) menunggangi. Ia berharap, Polri segera dengan tuntas melakukan pemilahan terduga pelaku teror ini.
“HRS punya ruang itu untuk ditunggangi dari kelompok tersebut. Tinggal dicari background, 4 udah dilakukan profiling, dua belum, polri harus mengungkapkan mereka punya beberapa kartu pers, kartu Bin, kartu TNI, harus dikroscek kembali,” pungkasnya (erw/yan)