BANDUNG – Pengamat Politik dan Pemerintahan Universitas Parahyangan (UNPAR), Prof Asep Warlan Yusuf angkat bicara menegenai daya serap APBD Pemprov Jabar terbilang masih lemah selama masa Pandemi Covid-19 ini.
Menurutnya, ada beberapa yang membuat daya serap lemah. Salahsatunya perencanaan tidak sesuai dengan fakta. Artinya perencanaan sudah di buat tapi faktanya tidak memungkinkan untuk dilaksanakan.
’’Khususnya pada kwarta pertama 2020 kan. Jadi tidak bisa dibuat apa-apa,” ucap Prof Asep saat dihubungi, kamis, (10/9).
Ditambah, kata dia, perencanaan yang ditargetkan dan akan lelang pada bulan bulan April, Mei dan Juni itu gagal. Sebab, tidak mungkin ia menggunakan situasi dan kondisi seperti itu.
“Itu penyebabnya, sehingga daya serap menjadi lemah,” katanya.
Ia pun menjelaskan, penyebab terjadinya serapan rendah itu, adanya rekofusing anggaran. Sehingga, ungkao dia, anggaran yang besar itu kemudian di fokuskan ke penanganan Covid,
“Jadi wajar setiap sektor akan lemah daya serapnya. Karena ada rekofusing dana, dari yang SKPD diambil ke Covid. Agak susah karena penataan anggaran ini akan menjadi sulit,” jelasnya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, mengatakan realiasi anggaran APBD total yang belanja barang jasa sampai hari ini sudah 40,17 persen. Belanja modal di 14,90%, BTT sekitar 40,5 Triliun.
“Terdiri dari Bansos provinsinya sudah dibelanjakan 48,4% dan BTT kesehatan di 78 persen total serapan APBD kurang lebih 35,84 persen,” katanya.
Ia pun menjelaskan, secara total memang mayoritas ada di proyek-proyek infrastruktur. Sehingga, pembayarannya biasanya diakhir tahun.
“Jadi kalau dibayar sekarang juga ya melanggar aturan. Mohon doanya saja agar kita bisa positif dalam pertumbuhan ekonomi di akhir tahun,” jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, (4/9), Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia Perwakilan Jabar, Pribadi Santoso menyarankan supaya Pemda Provinsi Jabar dan Pemerintah Pusat mempercepat belanja pemerintah sehingga bisa mempengaruhi pemulihan ekonomi.
“Salah satunya dengan mendorong proyek skala nasional dan proyek insfrastruktur strategis di Jabar seperti pembangunan pelabuhan Patimban dan KCIC,” ucapnya.
Selain itu, kata dia, mendorong operasional sektor-sektor ekonomi dengan risiko rendah dan dampak besar seperti pertanian melalui digital farming, farmasi dan kesehatan, informasi dan komunikasi, serta yang lainnya.