Belum juga terlihat reaksi dari kubu Joe Biden: jangankan ofensif, pun defensif.
Justru Donald Trump yang terus menyerang. Dengan cara terus memanfaatkan kerusuhan di beberapa kota di Amerika.
”Ada pesawat penuh dengan preman,” ujar Trump. Maksudnya, demo-demo antirasialis itu tidak murni lagi. Sudah ditunggangi preman. Karena itu, demo yang meluas tersebut berkembang menjadi kerusuhan, liar dan diwarnai penjarahan.
Pokoknya, masyarakat luas dibuat ketakutan. Tanpa harus menunjukkan bukti pesawat jurusan mana yang penuh preman itu.
Jujur memang tidak lagi penting. Juga di perpolitikan Amerika sekarang ini. Kejujuran hanya cocok untuk di gereja, masjid, wihara, pura, dan sinagoge –itu pun kalau masih ada.
Trump pun terus berkoar dengan kata-kata yang bersayap. Dan sayap itu menimbulkan ketakutan. ”Hanya saya yang bisa menjaga keamanan Anda, warga Amerika,” ujar Trump. Maksudnya: ”Kalau pilih Biden, negara akan rusuh terus seperti itu.” Begitulah kurang lebih pesan yang ingin disampaikan.
Isu penting lain yang juga diluncurkan kubu Trump adalah ”hak menjaga diri dan menjaga properti masing-masing”.
Bahwa tujuan memiliki dan membawa senjata adalah untuk melindungi diri. Kalau Biden menang, orang Amerika tidak boleh lagi memiliki senjata. Berarti tidak lagi aman.
Tidak penting apakah benar sikap Biden seperti itu. Tidak perlu disebut di mana Biden mengucapkannya –kalau ada.
Isu senjata itu sangat mengena di Amerika. Tradisi memiliki senjata untuk menjaga properti pribadi tersebut sangat mendasar di sana.
Itu karena negara Amerika lahir dari individu warganya yang independen. Pribadi-pribadi lebih dulu berkuasa –atas properti masing-masing– sebelum ada negara. Di sana negara datang amat belakangan.
Kekuasaan perseorangan eksis dulu. Baru terbentuk negara bagian. Lalu belakangan ada negara. Karena itu, banyak rakyat yang benci kepada negara. Negara dianggap hanya merampas kemerdekaan individu. Setidaknya hanya mengganggu individu yang merdeka.
Di Amerika ”negara pribadi” di atas properti pribadi masing-masing seperti itulah yang pertama-tama ada.
Sebab itulah, hampir semua rumah tangga Amerika memiliki senjata api. Satu rumah bisa memiliki beberapa senjata. Suami punya senjata sendiri: laras panjang dan pistol. Istri punya setidaknya pistol.