Saya menjadi heran.
Sampai ada yang pinsan di pengadilan.
Saya tertegun. Bagaimana bisa para pengusaha Surabaya yang dulu saya kenal sangat rukun dan kompak itu menjadi saling bertengkar.
Salah satu pertengkaran itu kini selesai. Tuhan yang menyelesaikannya. Henry sudah menang dengan lebih dulu menghadap Tuhan. Di sana ia bisa curhat lebih dulu kepada-Nya.
Di Adi Jasa itu ada pengusaha besar lain yang juga menunggu dimakamkan: Suwadji Widjaja, 77 tahun.
Baca Juga:Dana Insentif Nakes Kurang Rp 4 MiliarCek Rekening, Subsidi Upah Bagi Pekerja Swasta Sudah Cair
Ia adalah saudara tertua dari enam bersaudara pemilik pabrik sepatu yang sangat besar di Surabaya. Yang adiknya meninggal terkena Covid-19 awal bulan ini. Yang saya pun melayatnya secara drive-through (DI’s Way edisi 8 Agustus 2020: Melayat Drive-Through).
Si Sulung ini sebenarnya juga terkena Covid-19. Ia masuk rumah sakit bersamaan dengan si adik. Keduanya memang aktivis Yayasan Xianyou, perkumpulan asal usul kampung halaman nenek moyang di Tiongkok. Mereka sering rapat bersama. Makan-makan bersama. Nyanyi-nyanyi bersama.
Ketika si adik meninggal dunia ia tidak tahu.
Dua minggu kemudian si sulung membaik. Covid-19 nya sudah dinyatakan negatif. Tapi belum bisa keluar dari RS. Masih ada sakit yang lain.
Akhirnya si sulung ini meninggal dunia juga. Bukan karena Covid-19. Itulah sebabnya jenazahnya bisa disemayamkan di Adi Jasa. Sampai dengan meninggal dunia ia tidak tahu bahwa adiknya sudah mendahuluinya.
Dari mesong itu saya masih harus ke kantor Harian DI’s Way. Sampai habis magrib. Beberapa pekerjaan selesai.
Saya pun pergi ke acara ini: peresmian sebuah kafe. Yang lokasinya tidak jauh dari kebun bibit.
Yang membuat saya datang adalah pemilik kafe itu: Fuad Bernardi. Ia adalah anak laki-laki Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Nama kafenya unik: Cafe Historisma. Bisa banyak arti: bisa sebagai tempat bersejarah bagi Risma. Ada unsur ‘story’. Ada unsur ‘store’. Ada unsur ‘Risma’.
Baca Juga:Bawaslu Jabar Siap Pantau Kampanye Hitam di Media SosialGolkar Siap Pecat Kader Tak Dukung Cellica-Aep
Teras rumah yang dijadikan kafe itu memang bersejarah bagi Risma. Di rumah itulah Risma tumbuh sampai menjadi sarjana teknik lingkungan.
Itu rumah orang tua Risma. Yang awalnya pegawai pajak. Tapi sang ayah minta pensiun dini. Lalu menjadi pengusaha. Salah satu usahanya adalah jualan batu untuk eksterior. Karena itu sebagian eksterior kafe ini berupa tempelan-tempelan batu.
