Power For Peace dalam Diri Umar Bin Khattab

Ketika pemikiran Morgenthau berkaitan dengan interest dan power dijadikan landasan meluaskan pengaruh dan menguasai dunia, pada awalnya mereka juga dalam jargonnya ditujukan menciptakan perdamaian dunia. Sehingga, mereka menasbihkan dirinya sebagai polisi dunia. Penjaga perdamaian dunia dan sebagainya. Namun, pada akhirnya mereka tergoda oleh kekuasaan. Sehingga, power dalam arti kekuatan diacukan untuk mendapatkan power dalam arti kekuasaan. Itu tidak terjadi pada kekhalifahan Umar.

Selama di bawah pemerintahan Umar bin Khatab, kekuasaan Islam tumbuh sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan Persia dari tangan dinasti Sassanid, serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari ke Kaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh ke Khalifahan Islam di bawah pimpinan Umar bin Khatab.

Umar bin Khattab melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik. Termasuk membangun sistem administrasi untuk daerah yang baru ditaklukkan. Umar memerintahkan agar diselenggarakan sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Pada tahun 638 M, Umar memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.

Umar bin Khattab dikenal memiliki kehidupan sederhana. Beliau tidak mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu. Beliau tetap hidup sangat sederhana. Bahkan, seorang utusan Romawi terkaget-kaget. Ketika ingin menemui seorang khalifah dia hanya dipertemukan dengan seseorang yang sedang tidur di halaman masjid. Tanpa istana megah. Tanpa pakaian mewah. Itulah sosok amirul mukminin yang  jauh dari kata mewah.

Dari beberapa kisah yang terangkum dalam al-Bidayah wa an-Nihayah, yang dikutip oleh Nurfitri Hadi, dalam Kisah Muslim, terdapat beberapa keistimewawaan dan kemuliaan seorang Umar bin khattab. Pertama, Umar adalah penduduk surga yang berjalan di muka bumi. Diriwayatkan dari Said bin al-Musayyib bahwa Abu Hurairah berkata, ketika kami berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sewaktu tidur aku bermimpi seolah-olah aku sedang berada di surga. Kemudian aku melihat seorang wanita sedang berwudhu di sebuah istana (surga), maka aku pun bertanya, ‘Milik siapakah istana ini?’ Wanita-wanita yang ada di sana menjawab, ‘Milik Umar.’ Kala Umar masih hidup di dunia bersama rasulullah dan para sahabatnya, namun istana untuknya telah disiapkan di tanah surga.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan