Power For Peace dalam Diri Umar Bin Khattab

Sedangkan Umar yang kedua adalah Abu Jahal. Seorang yang juga memiliki kelebihan, dan berasal dari Bani Makhzum. Abu Jahal dikenal sebagai Asadul ahlaf (singa dari kelompok penentang yang telah bersumpah untuk memerangi Islam dan rasulullah). Julukannya adalah “Abu al-Hakam” (Bapak kebijaksanaan) karena ia adalah seorang pria yang terkenal bijaksana dan cerdas. Sehingga, para tetua Quraisy sering meminta bantuannya dalam menghadapi masalah. Bahkan, pada usia tiga puluh tahun, ia diundang untuk menghadiri majelis khusus yang diadakan di Dār’un Nadwa, kediaman milik Hakim bin Hazm. Padahal, usia minimal yang diperlukan jika ingin hadir pada pertemuan tersebut adalah empat puluh tahun. Amr bin Hisyam selalu memusuhi rasulullah dan menolak dakwah dan kenabiannya. Oleh karena itu, rasulullah menyebut dirinya sebagai Abu Jahal (Bapak Kebodohan).

Umar Power Islam

Umar bin Khatthab memiliki julukan yang diberikan oleh rasulullah yaitu Al-Faruq. Orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Di samping itu, Umar memiliki gelar sebagai Asadullah atau dengan kata lain Singa Gurun Pasir (The Lion of The Dessert). Maka, bisa dibayangkan apabila dua Umar itu bergabung, maka rasulullah akan mengumpulkan tiga Singa, karena ditambah dengan Hamzah bin Abdul Muthalib, yang Rasulullah menjulukinya dengan “Asadullah” (Singa Allah) dan menyebutnya “Sayidus Syuhada” (penghulu atau pemimpin para syuhada). Meskipun dari dua Umar yang diminta rasulullah, hanya satu Umar yang dikabulkan oleh Allah SWT, yaitu Umar bin Khattab.

Dengan kahadiran Umar, Rasulullah dan Islam seakan memiliki “kekuatan sangat besar”. Keislamannya menimbulkan guncangan luar biasa di kalangan kaum musyrikin Makkah. Membuat mereka semakin terhina dan patah arang. Sementara bagi kaum muslimin, hal itu menambah semangat, wibawa, kemuliaan, dan kegembiraan.

Dalam sebuah hadis, rasulullah pernah mengabarkan betapa luasnya pengaruh Islam di masa Umar bin Khattab radhiallahu‘anhu. Beliau bersabda, “Aku bermimpi sedang mengulurkan timba ke dalam sebuah sumur yang ditarik dengan penggerek. Datanglah Abu Bakar mengambil air dari sumur tersebut satu atau dua timba, dan dia terlihat begitu lemah menarik timba tersebut. Setelah itu datanglah Umar bin al-Khattab mengambil air sebanyak-banyaknya. Aku tidak pernah melihat seorang pemimpin abqari (pemimpin yang begitu kuat) yang begitu gesit, sehingga setiap orang bisa minum sepuasnya dan juga memberikan minuman tersebut untuk onta-onta mereka.”

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan