Power For Peace dalam Diri Umar Bin Khattab

Morgenthau menjelaskan, bahwa perilaku negara pada dasarnya adalah perjuangan memperoleh kekuatan atau struggle for power. Keinginan untuk mencapai kekuatan ini mendasari pola perilaku dan interaksi antar manusia. Menurut Morgenthau, tujuan kekuatan tadi bisa diterjemahkan ke dalam berbagai bentuk terminologi; seperti agama, filosofi, ekonomi atau kondisi sosial yang ideal.

Sebenarnya apa yang menjadi inti dari pemikiran Hans J. Morgenthau dan dijadikan landasan kebijakan oleh AS. Sudah dipikirkan rasulullah dalam terminologi Islam. Ketika nabi berdoa kepada Allah SWT untuk meminta “power” dalam menegakkan Islam di bumi jahiliah, dengan cara mendoakan dua orang Umar  ‘Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam. Kenapa dua Umar ? kerena pada saat itu di bumi Arab, dua orang Umar tersebut adalah simbol power, simbul kekuatan, dan jika mereka berada di pihak muslim akan menjadi kekuatan yang sangat besar.

Dan Allah mengabulkan permohonan rasulullah dengan membuka mata batin Umar bin Khattab yang terkenal sangat tegas dan berani. Umar-lah yang meminta rasulullah tidak lagi berdakwah secara sembunyi-sembunyi dan menantang siapa pun yang berani melawan rasulullah. Ini karena Umar memiliki power. Dan power tersebut telah menjadi senjata dalam pengembangan Islam. Pada fase kemudian, Islam menjadi kekuatan global. Mirip seperti yang dialami oleh AS pada saat ini. Namun yang membedakan dari kedua kasus ini adalah, kalau perkembangan Islam, terminologi power dipergunakan dalam menegakkan agama. Kondisi sosial yang ideal. Sedangkan dalam konteks AS sebagai sebuah negara, lebih cenderung dalam terminologi politik, filosofi, dan ekonomi.

Kenapa Umar dikatakan sebagai power dalam perkembangan Islam, karena sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati penduduk Makkah. Ketika rasulullah menyebarkan Islam secara terbuka di Makkah, Umar bereaksi sangat antipati terhadapnya. Beberapa catatan mengatakan, bahwa kaum muslim saat itu mengakui bahwa Umar adalah lawan paling diperhitungkan. Ini dikarenakan Umar yang memang sudah mempunyai reputasi sangat baik sebagai ahli strategi perang. Seorang prajurit sangat tangguh pada setiap peperangan yang dilalui. Umar juga dicatat sebagai orang paling banyak dan paling sering menggunakan kekuatan untuk menyiksa pengikut rasulullah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan