Nongol Porno

Padahal sudah empat tahun Joko Intarto sempat termehek-mehek. Jagater tidak kunjung dapat klien. Tidak ada kata menyerah.

Untunglah JTO –begitu panggilannya saat masih jadi wartawan– sudah biasa menderita. Ia orang miskin dari kampung miskin di Kabupaten miskin Grobogan, Jateng.

Pakaiannya tidak pernah mentereng, rambutnya tidak pernah dipoles –apalagi ia gundul sekarang– makannya seadanya, tidurnya sekenanya dan tidak pernah perlu jaga gengsi.

Hanya sesekali ia curhat. Kok Jagaters tidak bisa segera menemukan bisnis. Padahal, katanya, ia sudah sangat bertauhid. Sudah sangat fokus. Tidak melakukan apa pun kecuali menggeluti Jagaters.

Hebatnya di saat tidak punya uang pun ia tetap tertawa. Dan tawanya itu tetap sama renyahnya.

JTO-lah yang tiga tahun lalu minta agar saya menulis secara rutin. Setidaknya seminggu sekali. Ia-lah yang akan mengelola tulisan saya –di sela-sela mengurus Jagaters yang masih lebih banyak selanya.

Tanpa mau dibayar. Asal saya mau menulis.

Ia bilang: kalau saja saya mau menulis itu sudah lebih dari dibayar.

Lahirlah DI’s Way. Setahun lebih ia mengelola DI’s Way –gratisan. Memanfaatkan server temannya  –yang juga teman saya.

Saya pernah kirim uang padanya. Menjelang Lebaran. Saya pikir ia perlu membelikan istrinya baju baru.

Setelah Lebaran ia lapor: uang itu 95 persen habis dibagikan ke anak buahnya. Ia sendiri tidak mengambil sedikit pun. Sisa yang 5 persen akan dikembalikan ke saya.

Itulah cerita awal mula DI’s Way. JTO-lah yang melahirkannya. Saya hanya jadi pekerjanya.

Dua minggu lalu saya menerima WA dari JTO. Bunyinya –bacalah sendiri.

Tahun lalu saya memang mengalihkan pengelolaan disway.id. Dari JTO ke DBL Indonesia. Saya lihat Jagaters sudah mulai mendapat bisnis. Belum seberapa tapi saya tidak mau membuatnya musyrik. Biarlah ia fokus, bertauhid, di Jagaters.

Sejak ada Covid-19 Jagater laris sekali. Rapat-rapat perusahaan banyak pindah ke Jagaters. Seminar-seminar di Jagaters.

“Sekarang paling tidak 2 kali sehari menyelenggarakan webinar atau webmeeting,” ujar JTO.

Sejak ada Covid-19 ia memiliki 15 tim. Satu tim 3 orang. Kapasitas server-nya pun dinaikkan berlipat-lipat.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan