Dosa Di’s Way

Untung ada News Meter.

Media klarifikasi ini menjadi sangat terkenal. Yang menulis klarifikasi tadi adalah Amritha Mohan, reporter di media itu. Ia seorang master jurnalistik dari Hyderabad University.

Saya pun menyarankan Imawan Mashuri, teman saya yang kini memimpin sekolah tinggi kewartawanan di Surabaya. Nama sekolah itu STIKOSA d/h Akademi Wartawan Surabaya. Agar jurusan jurnalistiknya bisa mempunyai tim yang kuat untuk ‘news clearing house’ seperti NewsMeter. Media sosial begitu bebas sekarang ini. Perlu lembaga pengecek kebenaran semua isu yang menyesatkan.

Aneh juga: mengapa saya menyarankan itu ke teman saya. Mengapa tidak saya sendiri yang melakukan. Itulah dosa kedua DI’s Way: merasa tidak punya cukup daya untuk itu.

Tapi ini bukan soal sumber daya saja. Memang akan lebih baik kalau mahasiswa jurusan jurnalistik yang melakukannya. Sekalian belajar bagaimana filsafat jurnalistik jangan diabaikan: adanya kebenaran di balik kebenaran.

Ya sudahlah.

Orang Wuhan sudah bisa bersenang-senang kembali.

Teman saya di dekat Wuhan pun kirim WeChat. Berikut fotonya. Ia lagi berada di lobi sebuah restoran yang sangat besar. Bersama keluarganya. “Sudah tiga bulan kami tidak pernah makan di restoran,” tulisnya.

Hemm… kalau saja dua bulan lalu kita sudah lockdown, mungkin malam Minggu nanti kita juga sudah bisa ke restoran.

Atau justru sudah ke kuburan? (Dahlan Iskan)