Nixen: Cuma kerja orang punya pak.
Baik. Jarak rumah Anda dengan gereja yang pakai Toa itu berapa meter kira-kira?
Nixen: Sekitar 300 meter pak.
Anda bisa mendengar jelas suara Toa yang Anda ikuti itu?
Nixen: Iya pak, sangat jelas.
Waktu itu Anda di dalam rumah atau di teras/depan rumah?
Nixen: di dalam rumah pak.
Dari rumah Anda, Anda bisa melihat gereja?
Nixen: hanya melihat menara gereja pak.
Waktu kebaktian itu di dalam rumah Anda ada berapa orang? Siapa saja?
Nixen: Saya, istri, dan tiga anak saya.
Anda siap kebaktian jam berapa? Lalu toanya mulai berbunyi jam berapa?
Nixen: Kebaktian jam 09.30 Wita beriringan dengan Toa.
Anda sekeluarga duduk di kursi tamu atau di mana?
Nixen: di kursi tamu dengan menjaga jarak.
Anda, di rumah, punya berapa Bible?
Nixen: Empat pak.
Hehe, jadi, kurang satu ya?
Nixen: Anak saya yang satu masih 3 tahun pak.
Maafkan. Menurut perkiraan Anda berapa rumah di sekitar gereja itu yang kebaktian di rumah lewat Toa?
Nixen: mungkin perkiraan saya sekitar 70 rumah pak.
Anda pakai jas, dasi, sepatu? Atau pakaian apa?
Nixen: Hanya pakaian rumah pak, dan pakai sendal.
Kampung di situ berbukit atau datar? Berapa jauh dari Danau Tondano?
Nixen: Datar pak, rumah saya hanya di pesisir Danau. Dan diperkirakan hanya 400 meter menuju Danau.
Hari Minggu depan kebaktian di rumah lagi?
Nixen: Iya pak.
Nixen, terima kasih ya. Cukup. Apakah Anda punya foto waktu kebaktian di rumah?
Nixen: Mohon maaf pak, tidak sempat foto karena semua fokus ibadah.
Istri saya sudah memanggil untuk kali kedua. Pada malam nisfu syaban seperti tadi malam kami punya kebiasaan: yasinan. Kali ini hanya saya, istri, Sahidin, dan Pak Man.
Di kampung istri saya, Samarinda, malam nisfu sa’ban itu meriah sekali. Dulu. Pertanda 15 hari lagi mulai puasa Ramadhan.
Sepanjang pinggir jalan menyala-nyala obor berderet. Bukan obor biasa. Itulah obor dari kayu damar. Yang ditancapkan di sepanjang pinggir jalan. Setinggi satu meter.