WA ke Anak

Sekali lagi, sehari.

Kapasitas seperti itu yang tidak ada ketika awal-awal Tiongkok diserang wabah. Kini mereka sendiri sudah tidak perlu jumlah yang banyak. Mereka bisa sepenuhnya ekspor. Termasuk ekspor masker dan baju pelindung bagi dokter/perawat secara besar-besaran.

Dari segi ketersediaan fasilitas di pasar internasional kita diuntungkan.

Saya sendiri sangat ingin melakukan tes Covid. Saya adalah orang yang rawan terkena virus. Saya berada di kategori semua golongan yang rawan: saya tua, saya banyak di kerumunan, tiap hari saya minum obat justru untuk menurunkan kekebalan tubuh saya.

Tapi saya tahu kemampuan tes di RS kita sangat terbatas. Saya juga belum termasuk yang mendesak untuk tes: tidak ada tanda-tanda terkena Covid-19.

Biarlah peralatan tes itu lebih diprioritaskan untuk mereka yang lebih membutuhkan. Yakni mereka yang sudah jelas ada tanda yang kuat –meski pun banyak juga yang terkena Covid-19 tanpa ada tanda-tanda.

Yang tanpa tanda itulah yang merasa aman. Beredar ke mana-mana. Menjadi penular.

Maka saya pribadi memutuskan untuk mengirim WA ke anak saya. Bunyinya begini:

”Abah akan lakukan tes hematologi darah lengkap untuk melihat leukosit dan limfosit. Jika leukosit tinggi atau di bawah normal, dan limfosit Abah tinggi, berarti Abah harus mulai curiga.

Kalau normal, ok.

Kalau tinggi atau tidak normal Abah akan lanjut CT scan paru-paru. Untuk melihat apakah ada bercak atau tidak.

Kalau tidak, ok.

Kalau ada bercak barulah berusaha lanjut ke tes Covid.

Itu untuk kehati-hatian.

Baiknya banyak orang melakukan itu agar tidak semua antre tes Covid yang akan tidak terlayani.

Rasanya cukup Abah sendiri saja dulu yang tes, kalau ada kecurigaan barulah anggota keluarga kita yang lain.

Ok?”.

Anak Wedok saya pun mengirimkan petugas pengambil darah dari lab langganan saya.

Hasilnya?

Bukan soal keterbukaan informasi tapi Anda sudah bisa menduga sendiri. (dahlan iskan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan