BANDUNG – Dekan Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Daryono Hadi Tjahjono, menyebutkan bahwa kunyit (Curcuma longa L) mengandung senyawa metabolit bahan alam berupa kurkumin yang dilaporkan memiliki potensi terapeutik yang beragam seperti antibiotik, antiviral, antioksidan, antikanker, dan untuk penanganan penyakit alzheimer.
“Kurkumin (atau turunannya, yaitu kurkuminoid) juga terdapat pada temulawak, jahe, dan tanaman sejenis. Selain senyawa kurkuminoid, terdapat puluhan senyawa kimia lain yang terkandung di dalam tanaman tersebut,” tulis Prof Daryono dalam artikelnya, yang dibagikan Humas ITB di Bandung, Jumat (20/3)
Dikatakan Prof Daryono, saat ini tanaman herbal banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu cara untuk membantu pencegahan virus corona atau COVID-19. Tanaman herbal yang umum dikonsumsi oleh masyarakat adalah kunyit dan temulawak.
“Masyarakat secara umum memanfaatkan tanaman tersebut dalam kehidupan sehari–hari dan aman dalam penggunaannya. Selain sebagai bumbu masak, tanaman tersebut juga menjadi bahan baku jamu, dan obat herbal terstandarkan,” katanya.
Ia menambahkan, berbagai penelitian farmakologi telah dilakukan terhadap kurkumin, namun salah satu yang menjadi perhatian saat ini adalah pengaruh kurkumin terhadap penyembuhan COVID-19. Menurutnya, hal ini diketahui sejak terjadi epidemi penyakit SARS pada tahun 2003.
Dijelaskannya, reseptor yang berperan (SARS-CoV-2) adalah angiotensin converting enzyme 2 (ACE2). ACE2 dapat berada dalam bentuk fixed (menempel di sel) dan soluble (tidak menempel pada sel).
Penelitian terhadap senyawa kurkumin (sebagai senyawa tunggal atau murni) dilaporkan meningkatkan ACE2 pada hewan uji tikus, namun belum ada studi hubungan langsung terhadap infeksi virus corona (COVID-19).
“Agar keperluan terapi menggunakan kurkumin dapat tercapai, diharapkan banyak ACE2 yang bebas (soluble) sehingga akan mencegah virus corona menempel pada sel, yang secara langsung akan mencegah terjadinya infeksi,” jelasnya.
Prof Daryono menuturkan, secara empiris, gabungan kandungan senyawa kimia dari tanaman tersebut bermanfaat sebagai imunomodulator untuk menjaga daya tahan tubuh. Sehingga Efek farmakologi gabungan senyawa kimia (multi compound) dalam tanaman tersebut tentu bisa berbeda dengan efek farmakologi senyawa kurkumin secara tunggal.
“Dalam kaitannya dengan COVID-19, penggunaan tanaman tersebut baik secara tunggal maupun gabungannya bisa membantu dalam meningkatkan daya tahan tubuh sebagai imunomodulator. Oleh karena itu, pemanfaatan kunyit, temulawak atau jahe sebagai jamu, obat herbal terstandarkan, atau suplemen minuman adalah aman,” tuturnya.