Gereja Corona

Simaklah keterangan seorang mantan jemaat ”Jagad Baru” ini. Seperti yang ditulis media di sana berikut ini:

Salah satu strategi gereja ”Jagad Baru” dalam mencari pengikut baru adalah ini: menugaskan salah satu kadernya untuk ikut kebaktian di geraja lain.

Di situlah ia/dia harus berperilaku sempurna. Sehingga bisa menarik simpati jemaat di dekatnya/nyi.

Kalau sudah ada yang simpati barulah diajak ke pertemuan dengan kader yang levelnya lebih tinggi. Sampai akhirnya bisa ikut ”Jagad Baru”.

Pemerintah sendiri mengalami kesulitan berhubungan dengan gereja ini. Permintaan pemerintah untuk mendapat daftar anggota, alamat, dan nomor telepon mereka ditolak.

Padahal pemerintah ingin menangani virus Corona secara tuntas. Termasuk harus tahu siapa, di mana, pernah bertemu siapa, pernah ke mana.

Mungkin pimpinan gereja itu curiga permintaan tersebut terkait dengan posisi ”Jagad Baru” yang dianggap aliran sesat.

Akhirnya pihak gereja menyerahkan daftar itu. Bagi pemerintah itu penting mengingat penularan virus di jemaat gereja ini begitu khas.

Di Wuhan sendiri pencarian anggota ”Jagad Baru” diintensifkan. Berita mengenai berkembangnya Corona di gereja itu ikut menarik perhatian pemerintah Tiongkok.

Sebenarnya seberapa sesatkah gereja ”Jagad Baru”?

Di mata pendiri gereja itu sendiri mereka tidaklah sesat. Justru, mereka bilang, semua gereja di luar ”Jagad Baru” yang sesat.

Lee Man-hee sebagai Chairman Heavenly Culture, World Peace, Restoration of Light (HWPL) dalam satu acara di Jakarta pada 2018 (Photo: Jambi Independent)

Menurut Lee Man-hee, sang pendiri, Al Kitab yang asli adalah yang diajarkan di ”Jagad Baru”. Yang dipegang gereja-gereja lainnya itu 90 persen isinya palsu, katanya.

Mengapa Lee Man-hee bisa berani bilang begitu?

Ternyata ia sendiri…memang merasa setingkat dengan Jesus. Katanya: Sayalah Al Masih yang disebut dalam Al Kitab sebagai Jesus yang akan turun kembali ke jagad raya.

Ya sudah. (dahlan iskan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan