Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR RI Ono Surono. Menurutnya, jutaan beras menumpuk di gudang lantaran Bulog tak dapat mensuplai beras ke Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) secara maksimal.
Sebetulnya, dewan sudah mengingatkan Bulog untuk segera mensinkronisasikan data beras, mulai dari stok di gudang Bulog, produksi hingga kebutuhannya. Namun, manajemen sinkronisasi ini sepertinya belum terlaksana.
“Jadi walaupun perlu impor tetapi terbatas dan bisa dikendalikan,dan tidak mengganggu harga gabah di petani,” jelasnya.
Sementara itu, Peneliti dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Galuh Octania, mendorong Bulog untuk berinovasi memperbaiki kualitas stok berasnya.
Dengan begitu, beras diyakini bisa langsung dijual atau disalurkan lewat BPNT. Sebab, beras Bulog selama ini kurang diminati oleh para penerima manfaat BPNT.
“Pemilik e-warung sekarang kan lebih mengutamakan untuk menyetok beras dari non-Bulog,” kata dia.
Untuk itu, penting bagi Bulog untuk meningkatkan daya tarik produknya agar diminati oleh masyarakat, terutama para penerima BPNT.
Bulog juga diharapkan dapat melaksanakan manajemen fungsinya dengan lebih baik, terutama karena Bulog juga masih mengemban tugas publik dari pemerintah dalam hal pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
Penggunaaan CBP ini penting di antaranya untuk melakukan operasi pasar demi menstabilkan harga pangan dan juga cadangan negara kalau terjadi keadaan darurat seperti bencana alam.
Pakar Pertanian dari IPB, Dwi Andreas malah tak yakin operasi pasar atau program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) oleh Bulog dapat menyelesaikan masalah. Sebab, langkah ini justru bisa menambah masalah baru, yakni menekan harga gabah di tingkat petani.
“Dulu proses in dan out kan sekitar 230 ribu ton per bulan sehingga rutin, namun ketika ini berubah, Bulog tidak siap menyalurkan ke outlet lain sehingga beras yang disimpan outnya menumpuk tidak tersalurkan dengan baik, sudah barang tentu beras ada umurnya,” ujarnya.
Bulog sendiri berencana melakukan operasi pasar sampai Desember mendatang. Oleh karena itu, dia ingin operasi pasar mengedepankan kehati-hatian.
“Bulan-bulan sekarang, sampai Agustus jangan jor-joran operasi pasar, kasihan petani karena harga gabah sudah pasti tertekan. Kalau ada operasi pasar 175.000 ton per bulan, itu pasti berdampak ke petani,” tuturnya