Jiwa Terbelah

Tara berhasil. Sang ayah tahu jawabnya. Tapi tidak tahu caranya bagaimana bisa sampai pada jawaban itu. Sang ayah pun naik pitam. Marah besar. Pada isterinya. Mengapa tidak bisa mengajari Tara hal seperti itu.

Setelah merasa bisa Tara memasukkan kertas ujian itu lewat email. Dapat nilai 27. Gagal masuk sekolah. Nilai terendah yang diterima adalah 28.

Tara terus belajar sendiri. Tahun berikutnya ia masukkan kertas ujian. Dapat nilai 80. Tara diterima.

Yang sulit adalah: bagaimana cara memberitahu ayahnya. Bagaimana bisa mendapat ijin sekolah. Asumsi awalnya: pasti tidak diijinkan. Dan memang tidak diijinkan. Bahkan mendapat marah.

Tara juga curi-curi ikut latihan tari. Di sebelah gereja. Tempatnya selalu ikut sekolah Minggu.

Tapi Tara tidak berani pakai baju tari. Dosa. Juga memang tidak punya. Padahal dia punya bakat.

Dari latihan tari itulah Tara ikut paduan suara gereja. Di situlah ayahnya tahu: Tara membuat dadanya bangga. Anaknya tampil di grup nyanyi gereja.

Lalu Tara mendapat tawaran menjadi penyanyi di paduan suara tingkat kota. Dia menjadi penyanyi solonya. Dia pun terpilih saat akan ada acara besar. Tapi harus latihan lebih intensif. Berarti harus sering meninggalkan rumah. Kadang malam hari. Tidak mungkin. Tidak akan diijinkan.

Setelah berbagai rayuan akhirnya ayahnya mengijinkan. Harus didampingi sang ibu. Ibunya juga kesenangan.

Waktu tiba hari pementasan sang ayah ternyata ingin menyaksikan. Diam-diam. Tahu-tahu sang ayah antre di loket karcis. Duduk di deretan kursi paling depan pula.

Saat Tara tampil di panggung matanya sering curi-curi wajah ayahnya. Tapi suara Tara memang hebat. Selesai pertunjukan Tara sudah siap akan diapakan saja oleh ayahnya. Ternyata ayahnya memujinya. Merangkulnya. Dan memberikan beberapa saran.

Tahun berikutnya, saat Tara umur 17 tahun, dia berani kan minta ijin ayahnya: sekolah. Reaksi pertama sang ayah sangat marah. Dianggap akan melawan Tuhan. Akan menjadi kafir. Akan menjadi sosialis.

Tapi akhirnya sang ayah mengijinkan. Hanya saja sang ayah tidak akan memberi uang sepeser pun. Ayahnya mengira umur Tara sudah 18 tahun. Sudah di luar tanggungjawabnya. Tapi Tara tidak risau. Dia punya tabungan dari kerja diam-diamnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan