Jiwa Terbelah

Saat umur 11 tahun Tara memberanikan diri naik sepeda. Sejauh 1 mil. Dia ingin mendapat uang sendiri. Seperti kakak-kakak lakinya. Dengan bekerja di toko grosir kota itu.

Suatu saat pemilik toko akan pergi jauh. Dilihatnya Tara bisa dipercaya. Dan akan mampu menjaga toko itu.

Tara pun diajari cara mengadministrasikan penjualan. Diajari pula membuka komputer. Mengirim email. Dan browsing.

Tara juga dipinjami HP. Agar pemilik toko bisa mengontrol Tara setiap saat.

Umurnya menjadi 12 tahun. Mulai mengenal komputer. Juga mulai punya tabungan.

Saat Tara berumur 15 tahun kakak sulungnya sudah berumah tangga. Tinggal di kota lain. Hidupnya sudah bercampur dengan masyarakat modern.

Sang kakak menyarankan Tara untuk sekolah. Keluar dari tradisi keluarga.

Tentu Tara mau. Ia sering membayangkan bagaimana rasanya sekolah. Bagaimana pula merasakan punya teman.

Tapi apa mungkin?

Sang kakak menyarankan Tara belajar matematika. Dari buku. Lalu membuka website universitas. Untuk mempelajari tata-cara ikut ujian masuk.

Di sela-sela jualan Tara browsing di komputer. Dia temukan formulir ujian masuk. Tapi ia tidak paham di dua mata pelajaran: matematika dan bahasa Inggris.

Tara terus berupaya bisa menjawab. Tanya ibunya. Yang ternyata dulu pernah sekolah. Sebelum kawin dengan Westover. Dia kawin umur 15 tahun. Punya anak umur 16 tahun.

Tapi sang ibu sudah lupa. Keduanya terus mengutak-atik pertanyaan matematika itu. Tapi jawabnya selalu salah.

Tara tidak bisa bertanya pada kakak-kakaknya: tidak ada yang sekolah. Bahkan kakak-kakak lakinya itu seperti ayahnya. Selalu ikut mengontrol kehidupan Tara.

Suatu saat ketahuan. Tara mencoba menggunakan lipstik. Di hajar habis. Hampir saja Tara mati. Kakaknya menganggap Tara berbuat dosa besar. Sampai wajahnya ditenggelamkan ke air di dalam toilet. Tidak bisa bernafas.

Kuatnya tekad Tara membuat dia berani merayu ayahnya. Dengan resiko akan diusut dan dimarahi. Tara merasa ayahnya pasti tahu hitungan matematika. Dia lihat ayahnya selalu mengutak-atik peralatan. Sampai menghitung detil. Misalnya saat sang ayah membuat senjata. Dan memproduksi peluru. Di ruang bawah tanah. Untuk melawan kalau ada petugas pajak datang. Dia tidak mau membayar pajak. Tidak ada peranan pemerintah pada hidupnya. Sedang tanah di situ ia peroleh dari Tuhan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan