Pengkhianatan Konglomerat

Guo menggunakan satu koper kebenciannya lagi untuk Caixin. Di New York, Guo mendirikan perusahaan media. Namanya: Guo Media.

Mediumnya lengkap: ada di Twitter, YouTube, website, video dan segala macam online. Hanya media cetak yang tidak dibuat.

Di Guo Media banyak dimuat foto-foto Guo dengan Steve Bannon. Menunjukkan betapa erat hubungan dua orang itu.

Semua disediakan dalam dua bahasa; Inggris dan Mandarin. Tapi isinya tidak menarik. Hanya tumpahan kebencian. Kepada musuh-musuh pribadinya. Tidak sebanding dengan Caixin. Yang membawa misi kepentingan umum.

Saya mencoba mengikuti akun Twitter Guo Media. Followernya hanya 5.600. Bandingkan dengan twitter saya: 2,2 juta. Angka itu saya sebut sebagai kenangan bahwa ada kuburan Twitter dengan followers segitu.

Guo menyebut dirinya sebagai ‘peniup peluit’. Whistleblower. Koruptor tapi mau dengan gigih membongkar korupsi yang lebih besar dan lebih tinggi.

Guo juga mengaku ber-KTP Uni Emirat Arab. Yang sampai sekarang tidak ada bantahan dari Emirat. Emirat memang lagi menggalakkan pendatang khusus: orang yang kaya raya. Diberi visa 30 tahun. Setidaknya 20 tahun.

Itu berbalikan arah dengan Inggris. Yang dulu juga mirip-mirip itu. Hasilnya: begitu banyak orang kaya Rusia di London. Sampai-sampai media Inggris menyebut bahwa nama London sudah berganti Londoningrad.

Sejak tahun lalu fasilitas di Inggris itu tidak diberikan lagi. Sampai-sampai bos Rusia ingin menjual Chelsea. Klub sepakbola London yang ia beli dulu. Karena ia kini tidak mudah lagi tinggal di London.

Di Amerika, Guo terus menggunakan kekayaannya. Termasuk untuk mengumpulkan dokumen rahasia. Yang bisa dicuri dari kantor-kantor pemerintah Tiongkok. Ia umumkan terang-terangan. Akan membayar setiap dokumen rahasia yang diserahkan kepadanya.

Ditemukanlah dua anak muda. Yang ia nilai mampu melakukan itu. Dan sudah terbukti mampu mencuri beberapa dokumen rahasia kepolisian.

Akhirnya Guo menggaji dua anak muda itu. Rp 55 juta sebulan. Ditambah biaya operasional pencurian dokumen.

Ketika dokumen-dokumen itu tersiar di Guo Media, Pemerintah Tiongkok bereaksi cepat. Ditemukanlah dua anak muda itu. Ditangkap. Kini sedang diadili di kota Chongqing. Banyak mahasiswa ITCC tahu kota itu. Karena kuliah di situ.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan