Di dunia ini memang tidak ada lembaga perhotelan yang mau memberi ranking bintang 6. Apalagi bintang 7. Ranking tertinggi adalah bintang 5. Hotel terbaik di New York pun, Astoria, juga bintang 5.
Guo ingin serba hebat. Ia namakan sendiri hotelnya ‘7 Star’. Waktu jembatan surga itu diresmikan Guo memang masih berumur 37 tahun. Menyala-menyalanya kehidupan seorang laki-laki sejati.
Salah satu yang membongkar skandal kolusinya itu adalah majalah bisnis Caixin. Milik pengusaha Hu Shuli.
Di Tiongkok kebebasan pers sangat dibatasi. Kalau terkait politik. Tapi sangat-sangat bebas. Kalau masalah bisnis. Majalah Caixin rajanya. Paling sering membongkar skandal kolusi di perusahaan swasta. Caixin sangat ditakuti kalangan pengusaha.
Waktu itu Wang Qishan belum menjadi Wakil Presiden. Masih menjabat ketua KPK-nya Tiongkok. Perkara ini ia tangani dengan tuntas. Tidak peduli dengan rumor menakutkan: Guo dibekingi pejabat tinggi dari pusat.
Bahkan pejabat tinggi itu dibongkar sekalian. Wakil Menteri Keuangan diperiksa. Terbongkar semuanya. Ma Jiang, Wakil Menkeu itu, ditahan. Diadili. Dihukum.
Giliran Wang Qishan mengejar Guo-nya sendiri. Guo ternyata takut. Lari. Ke Timur Tengah. Ke Eropa. Akhirnya ke New York.
Di New York, Guo tinggal di satu apartemen yang ia beli dengan harga sekitar Rp 1 triliun. Istimewa. Menghadap ke Central Park New York yang terkenal itu.
Guo lari dengan membawa beberapa koper kebencian. Benci pada majalah Caixin. Sekaligus kepada bos majalah itu, Hu Shuli. Benci kepada Wang Qishan yang akan menangkapnya. Benci kepada Xi Jinping yang program pemberantasan korupsinya tidak pandang bulu.
Salah satu kepor kebencian itu ia serahkan kepada Steve Bannon. Ia penasehat masalah strategis Presiden Trump. Yang sangat anti Tiongkok. Yang selalu mengusulkan ini: Amerika tidak usah muter-muter, langsung saja runtuhkan pemerintah pusat Tiongkok!
Guo sudah lama mengenal Bannon. Saat menghadiri olimpiade Beijing, Bannon juga tinggal di jembatan surga. Bannon mengaku merinding saat menyaksikan acara pembukaan olimpiade. Emosinya memuncak saat melihat adegan demi adegan di pembukaan itu. Yang ia bayangkan mengandung filsafat ancaman.