BALEENDAH – Sejumlah keluarga yang meninggal saat menjadi Panitia Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 di Kabupaten Bandung menolak untuk di otopsi. Diantaranya adalah Asep Sujatma dan Siti, yang merupakan orang tua dari Ganjar Faturahman 26, warga Kampung Bauan Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung yang meninggal saat menjadi Pengawas Tempat Pemungutan Suara (PTPS) di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 55.
Asep Sujatma menyatakan, bahwa dirinya tidak ingin makam anaknya dibongkar untuk proses penyelidikan penyebab kematian anaknya, dia pun menegaskan, bahwa anaknya meninggal secara wajar karena sakit yang disebabkan benturan dan pembuluh darah pecah pada saat bertugas menjadi pengawas TPS.
“Anak kami meninggal secara wajar karena sakit saat bertugas menjadi pengawas TPS, dan memang kondisinya juga sedang banjir. jadi kesana kesininya kerumah ke TPS harus menggunakan perahu, saat ini menurut pemeriksaan almarhum terbentur saat membetulkan kotak suara yang ada di dalam perahu. Namun kami tidak setuju jika makam anak kami harus dibongkar dan di otopsi. ngga setuju sama sekali, soalnya anak almarhum meninggal secara wajar.” ungkap Asep saat di wawancara, Selasa (14/5).
Ibunda Ganjar, Siti juga menolak anaknya untuk di otopsi, karena menurutnya tidak ada yang janggal pada kematian anaknya, “Sama sekali saya ngga setuju, kasihan mayat yang sudah lama harus digali lagi, dikorek-korek saya ngga setuju,” kata Siti.
Menurut pantauan, Ganjar Faturahman merupakan satu dari sebelas orang warga Kabupaten Bandung yang meninggal saat bertugas melancarkan proses penyelenggaraan pemilu 2019. Setelah dinyatakan meninggal akibat kelelahan, keluarga Ganjar Faturahman mendapat santunan dari KPU, Bawaslu dan Pemerintahan Jawa Barat.
Berita sebelumnya, Ketua Bawaslu Kabupaten Bandung, Januar Solehuddin mengatakan, Pengawas TPS 55 Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Ganjar Paturahman. Saat akan melaksanakan pengawasan kesiapan TPS dengan menggunakan perahu karena daerah tersebut banjir dipertengahan jalan menuju TPS Ganjar melihat APK dan almarhum turun dari perahu untuk menertibkan APK dan setelah menertibkan APK tersebut kemudian alamrhum menaiki perahu kembali karena kelelahan beliau terjatuh dan kepalanya membentur perahu dan beliau jatuh pingsan.