JAKARTA Konsumsi rumah tangga pada kuartal I dan II 2019 diperkirakan lebih baik daripada konsumsi pada tahun-tahun sebelumnya. Penyebabnya, beberapa momen besar terjadi pada semester I tahun ini. Di antaranya, pemilu, Ramadan, dan Idul Fitri.
“Selain itu, ada belanja dari libur anak sekolah dan penyaluran bantuan sosial (bansos) yang lebih cepat pada awal tahun ini,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara kemarin (25/4).
Menurut Suahasil, dorongan utama terjadi saat Ramadan dan Idul Fitri yang jatuh pada Mei dan Juni mendatang.
Selama inflasi bisa dijaga rendah, daya beli masyarakat bakal membaik. Karena itu, harga-harga pada momen Ramadan dan Idul Fitri harus terkontrol agar potensi kenaikan konsumsi rumah tangga tidak tertahan inflasi yang terlalu tinggi.
Konsumsi rumah tangga sejauh ini masih menjadi kontributor besar pada pertumbuhan ekonomi, yakni 56 persen. Jadi, pemerintah tidak boleh kehilangan momentum kenaikan konsumsi rumah tangga bila ingin menggenjot pertumbuhan. Sebab, konsumsi pemerintah dan lembaga nonprofit melayani rumah tangga (LNPRT) saja tidak cukup meski 2019 adalah tahun pemilu. “Kita mesti pastikan konsumsi masih bisa tumbuh,” tuturnya.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, pelaksanaan pemilu pada kuartal II telah didahului peningkatan konsumsi pada kuartal I. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pun turut terdongkrak. “Tentu kita melihat ini positif. Apalagi, pelaksanaan pemilu kemarin berjalan lancar dan aman,” ujarnya.
Ekonom Indef Eko Listiyanto menuturkan, seiring dengan adanya kepastian di dunia usaha setelah pilpres dan sebentar lagi memasuki Ramadan, tren rumah tangga akan naik. Terbukti, para produsen mengantisipasi peningkatan permintaan seiring dengan naiknya indeks PMI.
Dia menjelaskan, sebenarnya tren kenaikan itu terjadi karena momen Ramadan berdekatan dengan pilpres. Selain itu, sempat terjadi wait and see. Kenaikan konsumsi kali ini dibarengi optimisme dunia usaha setelah pilpres. Karena hitungan kuartal I (Q1) baru sampai Maret dan pilpres April, konsumsi rumah tangga hanya bakal tumbuh 5 persen yoy. Pada Q2, baru terasa impact Ramadan dan Lebaran. “Kontribusi konsumsi tetap tinggi, setidaknya di Q1 bisa mencapai 55 persen dari PDB,” ungkapnya.