Polda Jabar Gelar Silaturahmi dengan Tokoh Lintas Agama

BANDUNG – Dalam upaya menjaga keamanan dan ke­tertiban masyarakat (Kamtib­mas) jelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, Polisi Daerah Jawa Barat (Polda Jabar) dan Ko­dam III/Siliwangi menggelar silaturahmi akbar bersama tokoh lintas agama se-Jabar, di Aula Muryono, Mapolda Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Senin (8/4). Hadir dalam acara tersebut, Kapolda Ja­bar Irjen Pol Agung Budi Maryoto, Pangdam III/Sili­wangi Mayjen (TNI) Tri So­ewandono, Brigjen (TNI) Dedi Agus Purwanto (Ka­binda Jabar), KH Ayat Di­myati (mewakili Ketua MUI Jabar), Kiagus Zaenal Mu­barok beserta puluhan tokoh lintas agama lainnya.

Kiagus Zaenal Mubarok yang datang mewakili Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jabar dalam sambu­tannya mengatakan, pesta demokrasi sudah menjadi kesepakatan semua pihak sebagai proses pengambilan keputusan yang bisa merang­kul semua elemen di Tanah Air.

”Jadi agama jangan dijadikan sumber konflik. Tapi agama harus dijadikan solusi sebagai pemecah masalah,” kata Kia­gus.

Dalam sambutannya, Pang­dam III/Siliwangi, Mayjen (TNI) Tri Soewandono me­negaskan, agama dan Panca­sila dapat mengakomodir yang dibutuhkan oleh negara, dan itu sudah berlangsung lama. Sementara jumlah personil yang akan diturunkan dalam pengamanan pelaksanaan pemilu, pihaknya sudah me­nyiapkan sebanyak 15.000 personilnya.

”Polri dan TNI all out untuk mengamankan pelaksanaan Pemilu 2019. Pemilu bila dilaksanakan dengan baik dan sukses, maka pembangunan kedepan akan semakin sukses,” ucap Tri.

Sedangkan, Kapolda Jabar Irjen Pol Agung Budi Maryo­to mengutarakan, tugas ke­polisian adalah menjaga keamanan. Keinginan dan kesepakatan bersama salah satu sifat yang majemuk pen­dahulu kita untuk memper­satukan Indonesia.

”Bangsa Indonesia, suku bangsa dan agama kita bisa merangkul. Demo­krasi dan perkembangannya, demokrasi atau sejahtera dulu? Itu adalah konseku­ensi yang harus kita jalani,” ujar Agung.

Dia mengatakan, fenomena globalisasi memunculkan persaingan ketat yang dapat membentuk kejahatan ber­dimensi baru disertai memu­darnya nilai luhur kebangsaan. Terlebih adanya media so­sial yang kerap dijadikan media penyebaran berita bohong.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan