17 Prajurit Kopassus Pecahkan MURI

Tak hanya itu, prestasi yang diraih dengan memecahkan rekor ini juga dimanfaatkan untuk kegiatan non militer, seperti membantu korban saat bencana alam terjadi. Karena, kata dia, saat menghadapi medan dan cuaca ekstrem, Kopassus harus ikut andil membantu bencana alam di Indonesia.

“Salah satunya dengan ter­jun dengan membawa tandem dokter, logistik obat atau alat perhubungan, mereka bisa terjun disuatu tempat yang pada saat itu bandara tidak buka dan situasi ekstrem, se­hingga hanya satu-satunya dengan cara diterjunkan,” terangnya.

Sementara itu, Komandan Regu Penerjun, Kolonel Inf Yudha Airlangga menamba­kan, untuk membentuk for­masi di atas udara dan mem­bentangkan bendera bukan­lah suatu hal yang mudah.

Saat melakukannya, kata dia, penerjun hanya memiliki waktu 8-10 detik untuk mem­bentangkan bendera, sebelum akhirnya dilepas dan terjun memisah serta membuka parasutnya di ketinggian se­kitar 5.500-4.500 kaki.

“Kalau lebih dari 10 detik itu akan membahayakan, re­sikonya tinggi bisa terjadi saling tabrakan antar pener­jun dan terbelit bendera. Ka­rena setelah dibentangkan, penerjun harus berpencar dan mengembangkan parasutnya masing-masing,” ujar Yudha.

Menurutnya, untuk terjun ini tergantung dari dukungan pesawat, cuaca dan trafik udara.

“Kami sempat latihan di Pakansari Bogor. Risiko ber­tabrakan itu pasti ada, bahkan hingga insiden terbelit bende­ra ketika terjun,” katanya.

Bersamaan dengan kegiatan pemecahan rekor tersebut, sebelumnya dilaksanakan acara penutupan pendidikan Wing Day Paradasar 263 Tar­una Akmil tingkat IV dan penutupan terjun bebas mili­ter siswa satuan TNI AD dari Kopassus dan Kostrad. (drx)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan