Debat

Kyai Ma’ruf bukan jenis kyai sufi. Bukan kyai tarekat. Yang lebih banyak diam. Yang lebih banyak mendengar. Yang tidak tergiur kedudukan. Yang tidak mau bicara vokal.

Beliau tergolong kyai publik. Bahkan kini jadi kyai politik. Ambisinya menjadi cawapres saja sudah menunjukkan di kelas mana keulamaannya.

Dari situ saya menduga Kyai Ma’ruf akan memenangkan debat nanti.

Saya kan juga tahu Sandi. Pengusaha itu jarang yang pandai bicara. Pandainya cari uang. Atau memimpin perusahaan.

Maka bagi Sandi harusnya akan lebih menonjolkan gestur tubuhnya. Mimik wajahnya. Yang bisa lebih menarik simpati. Untuk menutupi kekurang ahliannya berdiplomasi.

Tentu ada beberapa pengusaha yang pandai bicara. Seperti Ciputra. Atau Mochtar Riady. Yang kalau berbicara bukan main menariknya. Dan bukan main berbobotnya.

Inilah debat Utara-Selatan. Yang satu sangat tua. Satunya sangat muda. Yang satu ulama, satunya pengusaha. Yang satu berpendidikan pesantren, satunya Amerika.

Tapi semua itu sebenarnya tidak penting. Yang esensi adalah: apakah seorang wapres akan benar-benar ‘dipakai’ oleh presidennya nanti.

Kita semua tahu bagaimana Wapres Jusuf Kalla kecewa saat berpasangan dengan pak SBY. Merasa kurang dipakai.

Publik juga tahu bagaimana Pak JK bahkan sudah kecewa sejak di minggu pertamanya dengan pak Jokowi. Juga karena tidak dipakai.

Kita tentu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Itu bagian dari rahasia mereka berdua. Mungkin saja pak SBY yang duluan kecewa dengan pasangannya itu. Mungkin juga pak Jokowi yang justru kecewa sejak minggu pertamanya.

Kelak mereka pasti akan menulis memoar. Sesuai dengan masing-masing versinya.(dahlan iskan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan