Sang Istri Pilih Bunuh Diri Ketimbang Diciduk Aparat

Dedi mengatakan, dari penuturan terduga teroris Abu Hamzah bahwa sang istri lebih militan ketimbang dirinya. Ideologinya lebih keras.

“Istrinya lebih militan. Makanya setelah dilakukan negosiasi dan imbauan selama hampir 10 jam, istrinya nekat melakukan suicidebomber-nya (bom bunuh diri) itu,” terang Dedi.

Pengepungan rumahAbu Hamzah,yang dihuni istri dan anaknya, dilakukan pada Selasa (12/3) setelah Abu Hamzah lebih dulu diciduk. Saat tim Densus 88 Antiteror datang, terjadi ledakan bom yang melukai seorang polisi dan seorang warga.

Dalam negoisasi itu, polisi meminta bantuan Ulama dilibatkan dalam proses negosiasi. Namun, sekitar pukul 01.20 WIB, Rabu (13/3), istri Abu Hamzah memilih melakukan bom bunuh diri dari dalam kamar rumah.

“Negoisasi juga kita pakai pengeras suara masjid, takmir masjidnya juga didengar suaranya. Dari jam 01.20 WIB sampai jam 01.40 WIB terdengar suara ledakan. Kami belum mendekat ke TKP dulu karena khawatir ada ledakan susulan. Ternyata benar, selang beberapa menit terjadi susulan ledakan kembali,” sambung Dedi.

Selain ulama, sambung Dedi, polisi juga membawa Abu Hamzah untuk membujuk istrinya agar menyerah. Sayang, upaya itu pun gagal total.

“Awalnya AH sudah memberitahu jika istrinya lebih kuat terpapar paham ISIS dibanding AH sendiri,” tutur Dedi.

Dedi mengatakan, Abu Hamzah merakit puluhan bom. Empat bom aktif di antaranya dibawa sang istri.

“Yang jelas sasarannya aparat keamanan. Musuh utamanya kepolisian karena kepolisian yang melakukan pengejaran terhadap kelompok teroris,” tandas Dedi. (mhf/fin/tgr).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan