PDIP Kritik Pidato Kogasma Demokrat

AHY kembali menegaskan, bahwa partainya juga bertekad untuk serius mencegah terbelahnya persatuan dan kesatuan bangsa. Menurutnya, Partai Demokrat sebagai Partai Tengah dengan landasan ideologi nasionalis-religius siap menjadi benteng tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

“Kondisi terbelahnya bangsa, tentu bukan tanpa sebab. Karenanya, kami juga menyoroti pertarungan dua Capres yang sama pada tahun 2014 dan 2019,” ujarnya.

Dilain sisi, AHY mencermati perkembangan sosial politik yang sedang terjadi karena perhelatan demokrasi saat ini oleh kalangan-kalangan tertentu dijadikan sebagai ajang memaksakan keyakinan dan pilihan politiknya. menurut dia, dampaknya bisa muncul fanatisme berlebihan yang pada akhirnya justru kontra-produktif dengan tujuan memajukan bangsa dan negara itu sendiri.

“Sayangnya, karena perbedaan pandangan dan pilihan politik, tak ayal, seringkali kita berdebat kusir, membela pilihannya masing-masing secara subyektif dan membabi-buta. Kita tidak lagi mau mendengar dan melihat secara jernih dan jujur tentang apa yang sebenarnya terjadi,” katanya.

Lanjut AHY lebih parahnya lagi, karena perbedaan pandangan politik kita sering keluar dari akal sehat. misalnya kawan-kawan kita atau justru kita sendiri keluar grup whatsapp karena jengkel, seolah-olah kawan-kawan kita tidak lagi sejalan.

Karena itu dia menyayangkan karena kehidupan politik dan demokrasi, yang susah payah kita bangun sejak krisis 1998 dan hasilnya kian nyata namun saat ini terasa mundur kembali.

“Saat Partai Demokrat berada di pemerintahan, atau ketika menjadi ‘the ruling party’, sesungguhnya kami bersyukur karena demokrasi, termasuk pemilu kita makin matang dan makin berkualitas,” ujarnya.

Lebih jauh, AHY mengatakan, selama Demokrat memimpin, stabilitas politik terjaga baik dan kalau ada riak dan dinamika, hal itu memang menjadi bagian dari demokrasi dan kebebasan itu sendiri.

Menurut AHY, dalam pemilu tidak muncul ketegangan yang berlebihan antar kelompok pendukung, golongan, apalagi antar identitas (SARA).

“Perbedaan pandangan dan pilihan politik tidak dibawa ke level pribadi atau personal. Kalaupun ada, jumlahnya relatif kecil dan tidak menjadi keprihatinan nasional,” katanya.

Masih menurut AHY, pesta demokrasi seharusnya disambut dengan suka cita nan riang gembira, bukan dengan kebencian dan hati yang susah disebabkan putusnya silaturahmi akibat perbedaan pandangan dan pilihan politik. (by/frs/fin)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan