Hakka

Ada lagi yang membantu membebaskan tanah untuk bandara. Chun Mie tidak akan lupa namanya. Juga wajahnya: Hartono Wira Tanik. Pengusaha emas Surabaya: HWT Emas.

Dari Surabaya itulah ia merasa dapat jalan keluar. Siap membangun bandara. Dia pun lobby pemerintah pusat. Dengan modal tanah yang sudah tersedia. Puncaknya Senin kemarin itu. Pembangunannya dimulai. Menteri Perhubungan Budi Karya ikut meletakkan batu pertamanya. Sistem pelaksanaannya PPP. Public Private Partnership. Kerjasama pemerintah dan swasta. Sebentar lagi akan ditender. Siapa yang paling berhak menjadi investornya.

Pola itu sama dengan pembangunan bandara baru Labuhan Bajo. Pusat Komodo di NTT itu. Yang tender investornya sedang berlangsung. Tidak akan ada APBN di dalamnya. APBD pun hanya terkait dengan pembebasan lahannya. Itu pun murah sekali. Chun Mie bisa cari akal berhemat. Khas wanita. Seperti juga walikota Surabaya. Yang apa pun dihemat habis-habisan.

Dua tahun lagi bandara itu jadi. Dibuat bertahap. Bisa didarati ATR dan Bombardier dulu. Baru tahap berikutnya untuk kelas 737. Kalau bandara Singkawang jadi, Kalbar tidak terisolasi lagi. Pun kalau ada pesawat tergelincir di Pontianak. Atau ada cuaca yang buruk. Singkawang bisa jadi tempat devert yang dekat.

Singkawang pun akan menjadi kota yang berkembang. Terbuka ke dunia luar. Selama ini jarak Pontianak-Singkawang jadi penghambat. Terutama kondisi jalannya yang sangat sempit. Dengan lalu-lintas yang amat padat.

Tapi itu juga berarti beban tambahan bagi Chun Mie. Membuat kota Singkawang tidak semrawut lagi. Tidak kotor lagi. Tidak gersang lagi. Dan ‘tidak tidak’ lainnya lagi. Entah duluan mana: bandaranya jadi duluan atau kotanya tertata duluan. (dahlan iskan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan