Hakka

Perawakannya langsing berisi. Pembawaannya lincah. Cekatan. Wajahnya agak lonjong. Rambutnya dinaikkan di depan. Lalu dibiarkan tergerai ke samping-samping. Sedikit melebihi bahunya. Bajunya putih lengan setengah tiang. Celana panjangnya merah juga agak setengah tiang.

Chun Mie tipe orang yang mudah akrab. Dia bisa diterima banyak kalangan. Termasuk kalangan Islam di sana. Dari namanya terlihat Tjhai Chun Mie dari suku Tionghoa Hakka. Dalam bahasa Mandarin namanya akan ditulis Cai Cui Mei (蔡翠媚). Hakka memang mayoritas di Singkawang. Sekitar 80 persen. Di telepon pun dia lebih sering bicara dalam bahasa itu.

Orang Hakka banyak jadi pejabat. Lee Kuan Yew, perdana menteri Singapura, adalah Hakka. Taksin Shinawatra, perdana menteri Thailand juga Hakka. Pernah Chun Mie diajak temannya ramai-ramai mengubah nama. Saat Chun Mie di SMA PRATIWI Singkawang. Dia tidak mau. “Orang tua saya susah-susah cari nama. Kok mau ganti,” kenangnya.

Bagi orang Tionghoa nama itu sangat penting. Huruf pertama adalah marga. Tidak bisa diganggu gugat. Huruf kedua harus punya arti baik. Bunyi baik. Nada baik. Juga untuk membedakan nama wanita atau laki-laki. Huruf ketiga juga harus baik dari segala sudut. Juga harus serasi dengan huruf kedua. Seorang ayah biasanya sudah mencari nama sejak anaknya masih di kandungan. Dengan upaya khusus. Termasuk bertanya ke ‘konsultan langit’.

“Tjhai itu marga ibu saya,” ujar Chun Mie. Hah? Marga ibu? Bukan marga bapak? Ada apa? “Orang tua saya kan tidak punya surat nikah,” katanya. “Waktu itu cari surat nikah sangat sulit. Untuk orang Tionghoa,” tambahnya, mengenang masa Orde Baru.

Kebiasaan Chun Mie berorganisasi membuatnya tidak canggung tampil di publik. Sejak muda Chun Mie sudah aktif di Permasis. Perkumpulan masyarakat Singkawang dan sekitarnya. Di Kalbar memang sangat banyak organisasi kelompok masyarakat seperti itu. Dari kalangan Melayu saja ada beberapa. Ada Dayak, Madura, Jawa, dan masyarakat adat.

“Sebenarnya saya tidak mau masuk politik,” kata Chun Mie pada saya. “Keluarga saya tidak ada yang di politik,” katanya. Pun keluarga suaminya. “Paling tinggi hanya pernah jadi ketua RT,” guraunya. Itulah jabatan ‘politik’ bapaknya. Yang sehari-hari berdagang susu perah. Keterlibatan Chun Mie ke politik hanya karena pertemanan. Saat banyak partai baru berdiri. Banyak yang kesulitan cari caleg. Chun Mie dirayu jadi caleg. Dari partai PIB. Untuk DPRD Singkawang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan