Bahasa Ibu sebagai Gerbang Kebudayaan

Pada masa kini, bahasa Cerbon telah mengalami perubahan dari bahasa kuno pada abad pertengahan menjadi bahasa yang terus menyesuaikan diri dengan zaman. Kini telah banyak juga penemuan-penemuan berupa gagasan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki nama baru. Ada usulan agar istilah temuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut bisa diberi ”nama lokal” yang khas. Sebagai contoh saya mengambil léma untuk tulisan tadi yang didasarkan pada pengucapan. Seperti “stasiun” dialihbahasakan dengan “tapsiun”. “Terminal” dialihbahasakan menjadi “stamplat”. “Papan tulis” dialihbahasakan menjadi “blagbag”. Facebook dialihbahasakan “pésbuk”.

Kekayaan kosakata dan dialek bahasa Cerbon yang tersebar di berbagai daerah sudah merupakan syarat untuk menyatakan bahasa tersebut bisa dijadikan “bahasa masa depan” termasuk menjadikan bahasa Cerbon sebagai bahasa pengantar keilmuan untuk menulis karya-karya ilmiah, seperti makalah, laporan penelitian, tesis dan disertasi. Juga bisa menjadi “bahasa pengantar” untuk pengajaran di lingkungan pendidikan. Mari kita bersama-sama membedahnya.

Hilangnya suatu bahasa daerah harus ditafsirkan sebagai hilangnya juga suatu kebudayaan yang tinggi nilainya. Wajar, jika United Nations (Persatuan Bangsa Bangsa) menetapkan 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional sebagai upaya menjaga eksistensi bahasa ibu. Upaya itu selaras dengan isi Perda Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003 yang  diubah menjadi Perda  Nomor 14 Tahun  2014 yang mengakui di Jawa Barat terdapat tiga bahasa daerah, yaitu Sunda,  Cirebon, dan Melayu-Betawi.

Sumber Encarta Reference Library 2003,  menyebutkan, sebagian besar dari 6.000 bahasa di dunia yang berbeda dituturkan oleh 10.000 orang atau kurang. Dalam 100 tahun ke depan banyak ahli percaya setengah dari bahasa ini, bersama-sama dengan identitas budaya yang unik terkait dengan mereka, akan  keluar dari keberadaannya,  pakar bahasa mengeksplorasi penyebab dan konsekuensi dari bahasa terancam punah. Banyak ahli bahasa memprediksi pada 2100, hanya setengah dari bahasa-bahasa ini masih akan diucapkan dan setiap 12 hari kehilangan satu bahasa.

Mengapa sebuah bahasa dapat menghilang? Alasan paling mendasar adalah peningkatan kontak antarmanusia yang sebelumnya terisolasi. Bahasa perlu isolasi untuk mengembangkan dan mempertahankan karakteristik khas mereka. Ketika isolasi berakhir, bahasa lokal cenderung menghilang bersama dengan cara-cara hidup tradisional.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan