JAUH-JAUH hari filsuf Yunani Kuno bernama Aristoteles (384 SM – 322 SM) pernah berkata bahwa politik itu merupakan usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Perkataan ini merefleksikan betapa pentingnya peran politik sebagai sarana untuk mewujudkan kesejahteraan/kebaikan bersama. Karena itu, warga negara perlu diberikan edukasi tentang prinsip dan tujuan berpolitik. Politik itu tidak kotor seperti anggapan sebagian orang. Politik bukan juga sesuatu yang harus dihindari. Politik sebagai sarana membangkitkan partisipasi warga negara mewujudkan kebaikan bersama. Salah satu strategi membangun kesadaran warga negara tentang pentingnya peran politik dalam hidup bersama adalah melalui pendidikan politik.
Menjelang Pemilu 2019, suasana perpolitikan tanah air semakin menggeliat. Masyarakat seolah terbelah menjadi dua kubu pendukung. Masing-masing kubu aktif mempromosikan jagoannya. Namun persaingan yang semakin menggeliat tersebut, justru menampilkan wajah lain demokrasi kita. Pertengkaran segelintir pejabat di ruang-ruang publik, kabar hoaks yang merajalela, statement-statement yang provokatif, perilaku koruptif yang masih membelenggu mengindikasikan kegagalan edukasi politik warga negara.
Kita harus mengakui bahwa implementasi pendidikan politik masih rendah. Pendidikan politik yang dijalankankan bersifat sentralistik. Subjek pendidikan politik adalah kaum berpendidikan, filsuf, politisi, pejabat, orang terpandang. Sementara warga negara hanya bersifat menerima, menunggu arahan, pencerahan dan instruksi pendidikan politik. Masyarakat di desa-desa pun sulit mendapatkan pelayanan/edukasi politik yang berkualitas karena keterbatasan tenaga SDM, ketiadaan program edukasi politik, dan lain-lain. Akibatnya masyarakat menjadi pasif dalam proses implementasi pendidikan politik, keterlibatan dalam program pembangunan rendah, bersikap pasif dalam memilih calon-calon pemimpin, internalisasi hak dan kewajiban masih rendah, keteladanan segelintir politisi/pejabat masih kurang memuaskan. Maka dibutuhkan strategi baru pendidikan politik!
Arah Baru Pendidikan Politik
Pendidikan politik berasal dari dua kata, yakni pendidikan dan politik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara dan perbuatan mendidik. Sementara politik adalah pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan seperti sistem pemerintahan, dasar pemerintahan. Jadi, pendidikan politik adalah proses penanaman/pembelajaran ilmu pemerintahan, sistem pemerintahan, dasar pemerintahan, hak dan kewajiban kepada masyarakat melalui pelatihan, seminar dan perbuatan mendidik lainnya sehingga masyarakat semakin dewasa dalam menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga negara Indonesia.