Forum OSIS Ikut Sumbang Pemikiran di FDG

Di sisi lain, utusan MKKS SMA Drs Suhendiana Noor M.Pd (SMA 1 Lembang) mengaku, mengapresiasi program Jabar Masagi. Sebab, program pendidikan karakter tersebut akan melangkapi dan mem­bentengi siswa didik.

FGD Jabar Masagi
SIMAK MATERI: Para peserta FDG eksternal Jabar Masagi dari unsur Forum Osis, KCD, MKKS, MKPS, Guru, Komite sekokah.

Dengan besarnya apresiasi tersebut, dia juga berharap, ada pandangan dari bidang lain di luar pendidikan. Sebab, pada dasarnya semua sekolah saat ini sudah mengarah pada Jabar Masagi.

”Perlu ada gagasan dari pi­hak swasta. Kita ini semua elemen pendidikan, visinya kurang lebih sama, ingin anak didik kita pintar dan berka­rakter. Tapi apa harapan pihak swasta dari lulusan siswa berkarakter Jabar Masagi?”

Di samping itu, dia menilai perlu gerakan yang menjadi ciri khas Jabar Masagi yang rutin diaplikasikan di sekolah. Seperti Mapak Guru, Senyum Sapa, Ngaji Sebelum Belajar yang belum mengarah pada pembentukan nasionalisme dan religius.

MKKS SMK Kabupaten Ci­anjur, Undang Iman S.STP, M.M.Pd mengatakan, Jabar Masagi perlu masuk dalam kurikulum. Sebab, di SMK, kadar muatan lokal mulai ditinggalkan seiring banyaknya mata pelajaran.

”Nah, bagaimana hal itu bisa konsisten, maka perlu ada monitoring khusus. Bukan hanya dari sekolah, tapi Dinas Pendidikan Jawa Barat yang berwenang untuk itu,” tutur Undang sambil menambah­kan, sebaiknya Jabar Masagi dilengkapi Perda atau Pergub.

Jangka panjangnya, kata dia, siswa berkarakter Jabar Mas­agi perlu diapresiasi. Jangan seperti SMK. Banyak men­ghasilkan produk tapi tidak ada yang mengapreasi dan terfasilitasi. ”Alangkah lebih baik jika Jabar Masagi bisa memfasilitasi keinginan itu (mengapreasi hasil siswa, Red),” tandasnya.

Yang tidak kalah penting, kata dia, menyentuh semua siswa. Menurut dia, SLB tidak memiliki petunjuk teknis pri­hal penggunaan bahasa peng­antar. Menyapa dalam Ba­hasa Sunda misalnya. Sebab, bahasa isyarat lebih universal.

Sementara itu, Komite SMA 10 Bandung Drs H Bambang Haryono mengaku, terharu dengan Jabar Masagi ini. Se­bab, meski program ini top down dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, tapi pro­gram ini mau melibatkan siswa. ”Artinya, di Jabar Mas­agi ini siswa tidak menjadi objek, tapi subjek,” ucapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan