Perbedaan Budaya Jadi Kekuatan Jawa Barat

PENDIDIKAN di Jawa Barat terus berinovasi. Selain didorong beragam strategi untuk mengasah pola pikir, pelajar di Jawa Barat pun kini diperkuat pondasinya dengan program pendidikan Jabar Masagi.

***

Pelajar di Kota Bandung boleh jadi familiar dengan program Masagi. Program ini sebelumnya diluncurkan Ridwan Kamil saat masih memegang kendali pemerintahan di Kota Bandung.

Dan kini, Ridwan Kamil naik jadi Gubernur Jawa Barat. Keberhasilan Program Bandung Masagi pun akhirnya diaplikasikan di Jawa Barat dengan nama Jabar Masagi.

Masagi adalah filosofi Sunda yang singkat-padat. Tapi memiliki makna yang mendalam. ”Jelema masagi”(Natawisastra,1979:14, Hidayat, 2005:219) artinya orang yang memiliki banyak kemampuan dan tidak ada kekurangan. Masagi berasal dari kata pasagi (persegi) yang artinya menyerupai (bentuk) persegi.

Ketua tim Naskah Akademik Jabar Masagi, Ifa H. Misbach, MA, mengatakan, pada dasarnya Jabar Masagi memiliki grand desain yang menekankan nilai pendidikan karakter. Caranya, dengan mengembalikan pendidikan budi pekerti yang bisa berdampak pada akhlak sosial yang mengandung keluhuran nilai-nilai kearifan lokal.

”Tentunya nilai kearifan lokal tersebut yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks budaya dari masing-masing wilayah di Jawa Barat sebagai pijakan jati diri dengan keterampilan abad 21 untuk kemajuan generasi muda Jawa Barat ke depan,” papar Ifa kepada Jabar Ekspres, belum lama ini.

Ifa menungkapkan, Jabar Masagi tidak hanya untuk Kota Bandung. Sebab, Jawa Barat terdiri atas 27 kabupaten/kota dan memiliki karakteristik budaya lokal yang berbeda satu sama lain.

Setiap budaya lokal harus dihargai setara bukan untuk digantikan atau menggantikan, untuk saling melengkapi. Keberagaman budaya lokal yang berbeda-beda adalah kekuatan dari Jawa Barat.

”Kita tidak boleh melakukan diskriminasi dengan menenggelamkan budaya lokal daerah tertentu dan meninggikan budaya lokal lainnya. Sebab, itu sama artinya menghilangkan jati diri dan melukai identitas sesama saudara kita di Jawa Barat,” papar perempuan yang hingga kini aktif sebagai psikolog tersebut.

Tapi tetap butuh waktu. Ifa berpandangan, pendekatan pertama yang dilakukan untuk menyosialisasikan Jabar Masagi bukan top down langsung. Atau dalam artian kasar, menerapkan Bandung Masagi untuk seluruh wilayah Jabar. Tapi tim Jabar Masagi secara bertahap melakukan Focus Group Discussion (FGD) yang partisipatif, yang melibatkan berbagai pihak.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan