Masih Trauma Dengar Sirene Ambulans

Beruntung pemerintah memberinya kemudahan, bisa sekolah di Makassar. Sti akhirnya punya kesempatan sekolah, bebas masuk SMA atau SMK. SMAN 17 Makassar pun dipilihnya. ”Kebetulan rumah nenek di tempat saya tinggal tak jauh dari sekolah. Di Jalan Korban 40 ribu Jiwa,” ucapnya.

Siti sempat agak canggung. Ragu saat hendak masuk sekolah, lantaran harus sosialisasi dengan teman-teman baru. Meski begitu, keinginan belajarnya lebih kuat, sehingga semua rasa cagunggung itu hilang.

Sejak Selasa, 9 Oktober, dia mulai ikut belajar di SMAN 17 Makassar. Dia tak mendapat kesulitan untuk masuk sekolah. Hanya melapor di sekolah, kemudian dipilihkan kelas sesuai jurusan dan jenjang sekolah awal.

Saat awal masuk, rasa trauma itu masih ada. Apalagi saat berada dalam kelas, dia sangat trauma melihat bangunan yang roboh akibat guncangan. Tak hanya itu, suara sirene ambulans juga membuat Siti sangat trauma.

”Awalnya juga canggung, sama teman-teman. Ternyata baik semua. Bahkan mereka minta diceritakan soal kisah gempa Palu,” jelasnya.

Keramahan teman-teman sekolahnya perlahan mengalihkan ingatannya dari kejadian nahas. Meski begitu dia tak ingin tinggal lama di Makassar. November mendatang, dia berencana kembali ke Palu.

Siswa lainnya di SMAN 17 Makassar yakni Andi Nurabrar. Dia juga pindahan dari SMA Al Azhar Palu. Dia meninggalkan Palu karena pasca gempa. Kawasan permukimannya yang paling terdampak.

”Rumah saya di Petobo. Lumpur dan tanah yang menggulung itu persis di belakang rumah. Untung saya dan keluarga terhindar,” tambahnya.

Kini anak kedua dari pasangan Andi Dala dan Kastono itu ditempatkan di kelas XI IPA 5 SMAN 17 Makassar. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan