3 Oktober Hari Anti Hoax Nasional

BANDUNG – Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil merekomendasikan 3 Oktober sebagai hari anti hoax nasional. Sebab pada tanggal tersebut terjadi momen dimana seluruh Indonesia termakan berita hoax rekayasa cerita Ratna Sarumpaet sebagai aktivis hak asasi manusia (HAM).

”Saya hanya mengusulkan saja 3 Oktober sebagai hari anti hoax. Karena pengakuan pembuatan hoax terbaik pada 3 oktober kemarin,” kata Ridwan Kamil di Bandung, kemarin (4/10).

Menurut pemimpin yang akrab disapa Kang Emil, berita pemukulan Ratna Sarumpaet di Bandung merupakan peristiwa luar biasa. Karena yang menjadi korbannya itu level-level elit nasional.

”Yang jadi korban level elit-elit nasional dan ini hikmah bahwa kondisi bangsa Indo­nesia seperti ini mudah di­bohongi,” ujarnya.

Berharap kejadian ini bisa menjadi pelajaran. Agar bisa terus diingat maka diusulkan 3 Oktober sebagai hari Anti Hoax nasional.

Selain itu, Kota Bandung sangat dirugikan maka seba­gai Gubernur Jawa Barat, di­rinya meminta Ratna Sarum­paet meminta maaf kepada warga Bandung. Karena pe­rihal hukum akan ada pihak analisanya.

”Karena warga Jabar khususnya Bandung banyak dirugikan, komplen merasa Bandung jadi tidak aman karena berita bohong itu. Angkasa Pura II Bandara juga rusak dianggap tidak ada pengaman, (militer) AU juga merasa tercoreng seolah-olah kecolongan, itu kan berita bohong. Jadi mengimbau cukup untuk minta maaf,” pungkasnya.

Senada dikatakan Tim Kam­panye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin mereka sepakat atas usulan ditetapkannya Hari Anti Hoaks Nasional se­tiap tanggal 3 Oktober 2018. Hal itu menyusul terbongkar­nya rekayasa penganiayaan oleh Ratna Sarumpaet yang ternyata hanya menjalani operasi plastik.

Informasi bohong secara cepat muncul di publik dan menjadi perbincangan ham­pir seharian penuh yang per­caya bahwa Ratna dipukuli hingga wajahnya lebam.

”(Hari hoaks) itu menunjuk­kan ekspresi kemuakan, ke­marahan dari publik,” kata kata Sekretaris TKN Hasto Kristiyanto di Posko Cemara, Jakarta, kemarin (4/10).

Hasto mengatakan kemara­han makin menjadi lantaran dusta itu ditampilkan ketika publik tengah tersedot per­hatiannya pada gempa yang terjadi di Sulawesi Tengah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan