Atas Nama Kemanusiaan, Tolonglah Kami

EMPAT hari pascagempa dan tsunami yang melanda Kota Palu, suasana masih mencekam. Gempa berkekuatan 5 koma masih berkali-kali terjadi sejak Jumat 28 September 2018 hingga pagi ini 2 Oktober 2018. Tak kenal waktu malam dan siang, pagi dan sore gempa datang melanda seiring trauma menghantui.

Bantuan belum lagi tiba di lokasi kami berada di daerah Karanjalembah, perbatasan kota Palu dan Kabupaten sigi. Yang batasnya hanya dipisahkan jalan. Baik itu tenda untuk berteduh dan bahan makanan maupun kebutuhan lain bagi perempuan dan anak-anak. Pembalut dan pampers. Semuanya masih mengandalkan stok pribadi.

Di kantor Telkom Jalan Kijang Palu, kisah warga yang tak mendapatkan bantuan makanan dan tendapun kerap terdengar. Mereka mempertanyakan kemana bantuan itu tiba. Kabar beredar, bahwa bantuan itu dijarah kerumunan manusia yang mengaku warga.

Memang aksi penjarahan di hari kedua dan seterusnya pascagempa terjadi di sejumlah pusat perbelanjaan dan minimarket. Tak hanya makanan dan kebutuhan pokok lainnya, beras, popok, dan lainlain. Namun aksi penjarahan menjurus ke pencurian. Bayangkan alat-alat kesehatan seperti treadmill, dan alat besar lainnya ikut dijarah. Di Mall Tatura Palu yang 70 persen bangunan hancur, di situ “warga” mencuri alat-alat kesehatan, baju2, bahkan ada yg menjarah toko handphone di depan Mall Tatura Palu.

Sementara itu hampir seluruh SPBU dipenuhi warga yang menimbah langsung bensin dari sumur-sumur SPBU. Manusia berkerumun, jalan macet. Kita tak tahu lagi manusia mana yang sebenarnya dan mana mereka yang perampok. Akibatnya kelangkaan BBM menjadi niscaya.

Saya sendiri yang menyaksikan pemandangan ini, bertanya dalam hati, dimana aparat yang harusnya mengamankan lokasi dan kebutuhan vital ini? Kalo mereka ada dan menjaga dengan ketat apakah warga masih berani melakukan aksi tak beradab itu?

Dimana polisi, tentara dan pemerintah lokal, pemerintah pusat? Apakah mereka tahu apa yang terjadi di palu saat ini? Mungkin pertanyaan tak cocok bagi oknum pemerintah lokal. Merekapun bagian dari saya yang terdampak musibah dahsyat black friday. Sehingga mereka sendiripun tak berdaya dan tak mampu berbuat apa2.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan