Kapal kayu pinisi itu menghadapi ombak ganas saat berlayar. Terutama saat melintasi Selat Bali. Ketinggian ombak 2–3 meter. Sebelum berlabuh di Pelabuhan Bangsal, kapal pinisi yang berbobot 200 gross tonnage itu terombang-ambing di laut lepas. ”Demi misi kemanusiaan, kami sebagai kru kapal rela (menantang badai, Red),” ucap Agus.
Dokter spesialis bedah itu menceritakan, semangat pendirian rumah sakit terapung tersebut memang memberikan pelayanan kesehatan ke daerah-daerah terpencil. Terutama di Indonesia Timur. ”Apalagi, ada gempa bumi dengan jumlah korban sangat besar. Kami harus hadir,” ujarnya.
Kepergian ke Lombok itu tidak terlepas dari keputusan dr Agus Harianto SpB. Awalnya, Agus hendak berangkat ke Lombok dengan pesawat pada Selasa sore tiga pekan lalu (7/8). Dia dikirim sebagai dokter spesialis bedah oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Pria berpenampilan nyentrik itu pun sudah check in dan masuk ke ruang tunggu Bandara Internasional Juanda. Selang beberapa menit sebelum panggilan masuk pesawat, hatinya tiba-tiba gundah. Pikirannya berkecamuk. Tidak plong.
Seketika itu juga dia memutuskan untuk keluar dari bandara. Dia langsung menuju Pelabuhan Kalimas, Surabaya. Tempat kapal pinisi RST Ksatria Airlangga yang setara dengan rumah sakit tipe C disandarkan.
Dia langsung menghubungi kapten kapal Mudatsir. Hari itu juga Agus dan kapten menghubungi Syahbandar Tanjung Perak, Surabaya. Meminta izin untuk berlayar ke Pulau Lombok.
Berdasar hasil pemeriksaan, pihak syahbandar menyatakan bahwa kapal itu layak layar. Kondisi kapal secara keseluruhan bagus. Kondisi mesin hingga radio komunikasi juga baik.
Hanya, izin pelayaran tidak sampai ke Lombok. Cuma sampai Pelabuhan Probolinggo. ”Padahal, tujuan kami adalah Lombok,” tutur Mudatsir, sang kapten.
Pihak Syahbandar Tanjung Perak tetap pada keputusannya. Itu tidak terlepas dari kondisi cuaca yang buruk. Gelombang di Selat Bali dan sekitarnya setinggi 2–3 meter.
Akhirnya, ada sedikit keringanan. Yakni, izin berlayar sampai Lombok harus diurus di Pelabuhan Probolinggo. Jadi, bergantung Pelabuhan Probolinggo, mengizinkan atau tidak.
Izin berlayar dari Tanjung Perak keluar Rabu (8/8). Karena gelombang laut sangat tinggi, kru memutuskan untuk menunda pelayaran. Mereka pun berangkat Kamis (9/8) pukul 05.30. Pelayaran di Laut Jawa berjalan lancar. Hari itu juga, pukul 12.30 WIB, kapal bersandar di Pelabuhan Probolinggo.