BANDUNG — Pada peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke 25 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Jawa Barat Menginginkan agar masyarakat Jabar peduli terhadap keluarga.
BKKBN Perwakilan Jawa Barat, S. Teguh Santoso mengatakan, penduduk Jabar memiliki jumlah terbesar di Indonesia, dimana usia produktif cukup banyak.
Menurutnya, dalam 5 tahun terakhir program KB menunjukkan perkembangan cukup baik. Hal ini ditunjukan dengan penurunan angka kelahiran Total Fertility Rate (TFR) mencapai 2,4.
Kendati begitu, Untuk saat ini Jabar dihadapkan kepada tantangan lebih berat yaitu, mengenai struktur kependudukan Jawa Barat dan bagaimana mewujudkan bonus demografi agar memiliki manfaat dan produkstifitas baik.
Penduduk di Jabar yang sampai saat ini sudah mencapai 48 juta jiwa ini adalah sebuah tantangan,” jelas Teguh ketika ditemui kemarin di Kantor BKKBN Perwakilan Jawa Barat. (2/7).
Dia memaparkan, dari jumlah tersebut sekitar 26,6 persen merupakan usia 10 tahun sampai 24 tahun. Usia ini, merupakan usia paling penting sehingga butuh pengawalan atau bimbingan terhadap usia remaja oleh keluarga. Sehingga, generasi yang akan muncul menjadi remaja baik bebas dari segala perilaku buruk.
Selain itu, dari 48 juta jiwa tersebut terdapat kurang lebih 18,7 persen penduduk dari kelompok usia usia 9 tahun kebawah (1-9) tahun. Usia ini, usia memasuki sekolah yang harus dijamin betul-betul pemenuhan gijinya sampai pola asuh dari orang tua.
Teguh mengatakan, pada bonus demografi nanti akan ada sekitar 8,7 persen penduduk kelompok lanjut usia. Sehingga, menjadi tantangan bagaimana menjadikan kelompok lansia ini tidak menjadi beban penduduk usia produktif.
“ Jadi melihat struktur penduduk tadi dapat dikatakan tidak bisa lepas dari peran dan kepedulian keluarga dalam mendampingi usia remaja, balita atau anak-anak sampai lansia,” terangnya.
Teguh memaparkan, bonus demografi nasional diprediksikan akan terjadi pada 2020 sampai 2035, atau tinggal 15 tahun lagi. Namun demikian, di Jabar sendiri laju penduduk masih tinggi dengan prediksi mencapai 44 persen.
Dengan begitu, bisa jadi bonus demografi terjadi lebih cepat dalam 5 tahun kedepan, terlebih jumlah penduduk usia produktif juga masih tinggi, ditambah angka ketergantungan penduduk non produktif juga cukup banyak.